Tidak seperti
biasanya, dalam empat hari ini kesibukanku yang biasa sedikit terhenti
dikarenakan Azzam (anakku) sakit. Bahkan, saya yang biasanya menelpon mama –selama
Azzam sakit- sampai terlupa untuk menanyakan kabar beliau di kampung.
Alhamdulillah tadi pagi tepatnya di hari ke empat, Azzam agak mendingan, barulah
saya menanyakan kabar mama, yang ternyata mama juga sedang dalam keadaan kurang
sehat. Syafahumallaah…
Kemarin,
tepatnya selama tiga hari saya menemani Azzam yang lelah dengan demam, batuk,
pilek dan terkadang disertai dengan muntah dan igauan saat tidurnya, lama
kutatap wajah lelahnya yang sedang tidur di samping saya sembari merenung. Renungan
panjang itu mengingatkan saya pada pembelajaran tentang sosok ibu dan anak,
dimana saat ini saya sedang dalam proses itu, sebagai ibu bagi Azzam, dan
sebagai anak buat Mama.
Dalam keadaan
ini, terbayangkan saat dimana Mama telah 27 tahun membesarkan saya dalam
berbagai keadaan, pastinya beliau tak pernah lelah menghadapi masa kecil kami –lima
bersaudara – di saat kami duka, suka, sakit, senang bahkan dalam keadaan
tersulit sekalipun. Semoga Allah membalas semua kebaikan beliau dengan
Surga-Nya. Aamiiin… Saat menelpon, saya ceritakan kepada Mama perasaan dimana
saya menghadapi Azzam yang sakit, saya merasa “lebih baik rumah berantakan
dikarenakan Azzam aktif, daripada rumah selalu rapi, namun Azzam hanya
terbaring lelah di samping saya tanpa semangat untuk bermain atau berkatifitas
lainnya.” Mama menjawab, “karena itulah dulu Ayah selalu mengajarkan Mama untuk
tidak marah pada anak-anak saat rumah berantakan karena anak-anak sedang
bermain.” Kini saya mengerti, akan sangat tidak berarti penat yang kita rasakan
saat membereskan mainan anak-anak, atau membereskan rumah dikarenakan anak yang
aktif dan ‘belajar’ –bermain- di rumah, daripada terkurasnya pikiran kita
menatap si anak yang lemah karena sakit, yang menyebabkan lelah hati, pikiran
bahkan badan terasa penat dengan sendirinya melihat kondisi anak yang sakit.
Saat Azzam
sakit pula, saya merasakan betapa besarnya karunia Allah SWT pada keluarga,
sehingga bagaimanapun anak yang kita miliki, anak adalah harta yang takkan
terganti, amanah yang sangat berharga, sehingga kita sebagai orang tua
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjadikannya sebagai Hamba Allah
yang kelak membawa kebaikan bagi dunia dan akhirat. Belum lagi nikmat sehat
yang Allah karuniakan akan terasa sangat berharga saat menghadapi ada salah
seorang anggota keluarga kita yang sakit. Betapa besar nikmat yang Allah
berikan dengan keberadaan anak di tengah keluarga, jika kita berjalan dengan
aturan yang Allah SWT berikan. Semoga memberikan banyak pelajaran berarti bagi
kita dalam menjalani tugas sebagai orangtua dan anak. Semoga dengan petunjuk yang
Allah SWT berikan, kita mampu menjadi orang tua yang shalih dan membantu anak
menjadi shalih dalam kehidupannya.
Selain
itu, dari sini pula saya merasakan eratnya kaitan antara kesyukuran dan
kesabaran. Saat kita lebih mensyukuri atas apa yang Allah berikan dengan
nikmat, di antaranya anak. Saat itu pula ada kesabaran kuat dalam diri kita selama
menjaga dan mendidik anak. Begitu juga sebaliknya, saat kesabaran merajai diri
dalam cara kita membesarkan dan mendidik anak, insyaallah kita akan mendapatkan
kebahagiaan tiada tara melalui hasil yang kita dapatkan dari pola didik atau asuh
kita, yang membuat kita akan memanjatkan syukur kepada Allah Sang Maha Pendidik
yang Sempurna.
Saya sadari
bahwa sebagai orang tua, seyogyanya kita menjalani peran dengan penuh kesabaran
dan penuh syukur, sehingga anak pun akan mendapatkan dampak baik dari pola yang
kita bentuk melalui sikap syukur dan sabar. Begitu juga saat kita sebagai anak,
dengan mensyukuri semua yang Allah SWT berikan kepada kita melalui orangtua kita,
pastinya kita bisa melakukan kebaktian baik dengan kesabaran dan membahagiakan
hati orangtua kita dengan apa yang bisa kita maksimalkan membuat beliau
bahagia. Karena itu anugrah terbesar dalam hidup adalah keluarga dengan adanya
orangtua dan keturunan (anak-cucu) kita, dengan syukur yang senantiasa
memancarkan kesabaran, dan dengan sabar yang senantiasa meliputi kesyukuran.
Alhamdulillah…
Dini hari, Ruang Tengah F1 no.3
15 Februari 2013
http://zakiakadir.blogspot.com/2013/02/saat-ananda-azzam-sakit.html#links
http://zakiakadir.blogspot.com/2013/02/saat-ananda-azzam-sakit.html#links