Sekarang setelah mulai membaca
beberapa literatur tentang HS, apalagi ditambah dengan Webinar HS yang
diselenggarakan oleh www.rumahinspirasi.com
maka pemahaman tentang HS pun sudah berbanding terbalik saya rasakan. Sehingga banyak
‘ternyata’ pun muncul di pikiran saya:
1.
Ternyata HS bukan sekolah OnLine yang dilakukan di rumah
2.
Ternyata HS bukan sistem sekolah yang dipraktekkan di
rumah
3.
Ternyata HS bukan untuk kalangan tertentu
4.
Ternyata HS bukan sebuah lembaga
5.
Dan ternyata-ternyata lainnya.
Kini, HS itu sudah saya pahami sebagai
sebuah pendidikan alternatif yang berbasis rumah, yang bisa dilakukan oleh
siapa pun dan keluarga mana pun, pendidikan yang difokuskan pada kepentingan
dan kebutuhan anak, untuk mengeluarkan potensi anak dan mengembangkan semua
potensi itu semaksimal mungkin. Dalam HS, orangtua tidak melulu bertindak
sebagai guru, namun menjadi fasilitator bagi anak belajar dan penanggungjawab
aktif serta fokus pada kepentingan anak-anaknya.
Kalau dipikir-pikir, sebetulnya kita
sebagai ibu sudah memberikan pendidikan dan pengasuhan kepada anak semenjak
mereka lahir, namun kita tidak menyadarinya bahwa itu juga merupakan titik awal
HS yang kita jalankan. Saat kita mengenalkan nama-nama benda sekitar kepada
anak, mengajarkan doa, mengajarkan cara penggunaan peralatan makan dan minum,
memakai sepatu, mengancingkan baju dan sebagainya. Tidak salah apa yang
diistilahkan “al-ummu madrasatul uulaa” (Ibu adalah sekolah yang
pertama), karena orangtua, khususnya ibu-lah yang guru pertama bagi anak, dan
keluarga merupakan pendidikan utama sebelum anak-anak melanjutkan pendidikan ke
tingkat selanjutnya.
Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa HS
merupakan salah satu perpanjangan dari alternatif pendidikan dan pengasuhan
tersebut, sebagaimana sekolah yang juga merupakan pendidikan lanjutan bagi
anak-anak kita. Walaupun HS dan sekolah
sama-sama menjadi perpanjangan pendidikan bagi anak, bukan berarti HS merupakan
sebuah lembaga yang di dalamnya ada pendaftaran, uang masuk maupun ruangan
belajarnya, karena HS diselenggarakan oleh orangtua / keluarga sendiri. Apabila ada anak yang pagi harinya pergi
sekolah dan ketika sampai di rumah melakukan pembelajaran juga dengan orangtua
mereka, maka itu tidak bisa disebut “Home Schooling”, namun bisa
diistilahkan dengan “after Schooling.”
Nah, setelah mengikuti materi “Pengantar
HS” di kelas webinar, baru saya dapat memantapkan pemahaman tentang HS yang
sebenarnya –yang sangat jauh berbeda dari yang saya pikirkan- karena HS bukan
sistem sekolah yang dipraktekkan di rumah, juga bukan berupa lembaga, apalagi sebuah
sistem pendidikan yang khusus untuk kalangan atau anak-anak tertentu. Karena HS
merupakan suatu alternatif pendidikan yang berbasis keluarga/rumah, terfokus
pada anak dan punya peluang yang luas, beragam dan unik. J
Sekarang dalam pikiran mulai tergambar
perlahan, apa itu HS yang sebenarnya, perbedaannya dengan sekolah, statusnya di
Indonesia “legal” atau tidak, ijazahnya, persiapannya, dan gambaran awal
tentang kesiapan dan rancangan HS. Nah, yang awalnya niat saya ikut webinar
untuk mengenal HS lebih dalam, sekarang jadi ‘terjerumus’ mau jadi praktisinya.
Pikir-pikir lagi, bisa atau tidak yang penting saya akan mempelajari lagi
kajian HS ini lebih lanjut dan perlahan mulai mempersiapkan diri dan buat
rancangan. Untuk ke depannya, mudah-mudahan dengan melanjutkan belajar kepada
Pak Sumardiono dan Bu Mira Julia, J yang lebih akrab dipanggil “Mas Aar dan Mba Lala”,
saya bisa memutuskan yang terbaik untuk keluarga saya, khususnya dua anak saya
saat ini. Terimakasih banyak buat www.rumahinspirasi.com.
Zakia Mutmainnah Kadir
Margahayu Kencana, 06 Oktober '13