Saturday, October 5, 2013

Salah Kaprah tentang Homeschooling

Tahun lalu, ketika istilah “Home Schooling” (disingkat HS) pertama kali saya dengar, saya memaknainya sebagai sistem sekolah yang dipraktekkan di rumah, atau sekolah online yang dilakukan seorang anak di rumah. Namun sekarang, jika mengenang semua itu, saya jadi tertawa sendiri, mengingat dangkalnya pengetahuan tentang istilah tersebut. Lucunya lagi, setelah itu, saya menilai bahwa HS adalah sistem pendidikan yang digunakan oleh anak-anak yang luar biasa atau anak-anak selebritis, atau malah dipakai oleh anak-anak yang sudah dikeluarkan dari sekolah dan tidak bisa sekolah di tempat lain, sehingga memakai alternatif HS.  Bahkan, pernah saya berpikir HS itu adalah lembaga yang bisa saya temukan di daerah saya, dan bisa mendaftarkan anak di sana. >.<

Sekarang setelah mulai membaca beberapa literatur tentang HS, apalagi ditambah dengan Webinar HS yang diselenggarakan oleh www.rumahinspirasi.com maka pemahaman tentang HS pun sudah berbanding terbalik saya rasakan. Sehingga banyak ‘ternyata’ pun muncul di pikiran saya:
         1.       Ternyata HS bukan sekolah OnLine yang dilakukan di rumah
         2.       Ternyata HS bukan sistem sekolah yang dipraktekkan di rumah
         3.       Ternyata HS bukan untuk kalangan tertentu
         4.       Ternyata HS bukan sebuah lembaga
         5.       Dan ternyata-ternyata lainnya.

Kini, HS itu sudah saya pahami sebagai sebuah pendidikan alternatif yang berbasis rumah, yang bisa dilakukan oleh siapa pun dan keluarga mana pun, pendidikan yang difokuskan pada kepentingan dan kebutuhan anak, untuk mengeluarkan potensi anak dan mengembangkan semua potensi itu semaksimal mungkin. Dalam HS, orangtua tidak melulu bertindak sebagai guru, namun menjadi fasilitator bagi anak belajar dan penanggungjawab aktif serta fokus pada kepentingan anak-anaknya.

Kalau dipikir-pikir, sebetulnya kita sebagai ibu sudah memberikan pendidikan dan pengasuhan kepada anak semenjak mereka lahir, namun kita tidak menyadarinya bahwa itu juga merupakan titik awal HS yang kita jalankan. Saat kita mengenalkan nama-nama benda sekitar kepada anak, mengajarkan doa, mengajarkan cara penggunaan peralatan makan dan minum, memakai sepatu, mengancingkan baju dan sebagainya. Tidak salah apa yang diistilahkan “al-ummu madrasatul uulaa” (Ibu adalah sekolah yang pertama), karena orangtua, khususnya ibu-lah yang guru pertama bagi anak, dan keluarga merupakan pendidikan utama sebelum anak-anak melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya.

Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa HS merupakan salah satu perpanjangan dari alternatif pendidikan dan pengasuhan tersebut, sebagaimana sekolah yang juga merupakan pendidikan lanjutan bagi anak-anak kita.  Walaupun HS dan sekolah sama-sama menjadi perpanjangan pendidikan bagi anak, bukan berarti HS merupakan sebuah lembaga yang di dalamnya ada pendaftaran, uang masuk maupun ruangan belajarnya, karena HS diselenggarakan oleh orangtua / keluarga sendiri.  Apabila ada anak yang pagi harinya pergi sekolah dan ketika sampai di rumah melakukan pembelajaran juga dengan orangtua mereka, maka itu tidak bisa disebut “Home Schooling”, namun bisa diistilahkan dengan “after Schooling.”

Nah, setelah mengikuti materi “Pengantar HS” di kelas webinar, baru saya dapat memantapkan pemahaman tentang HS yang sebenarnya –yang sangat jauh berbeda dari yang saya pikirkan- karena HS bukan sistem sekolah yang dipraktekkan di rumah, juga bukan berupa lembaga, apalagi sebuah sistem pendidikan yang khusus untuk kalangan atau anak-anak tertentu. Karena HS merupakan suatu alternatif pendidikan yang berbasis keluarga/rumah, terfokus pada anak dan punya peluang yang luas, beragam dan unik. J

Sekarang dalam pikiran mulai tergambar perlahan, apa itu HS yang sebenarnya, perbedaannya dengan sekolah, statusnya di Indonesia “legal” atau tidak, ijazahnya, persiapannya, dan gambaran awal tentang kesiapan dan rancangan HS. Nah, yang awalnya niat saya ikut webinar untuk mengenal HS lebih dalam, sekarang jadi ‘terjerumus’ mau jadi praktisinya. Pikir-pikir lagi, bisa atau tidak yang penting saya akan mempelajari lagi kajian HS ini lebih lanjut dan perlahan mulai mempersiapkan diri dan buat rancangan. Untuk ke depannya, mudah-mudahan dengan melanjutkan belajar kepada Pak Sumardiono dan Bu Mira Julia, J yang lebih akrab dipanggil “Mas Aar dan Mba Lala”, saya bisa memutuskan yang terbaik untuk keluarga saya, khususnya dua anak saya saat ini. Terimakasih banyak buat www.rumahinspirasi.com.

Zakia Mutmainnah Kadir
Margahayu Kencana, 06 Oktober '13