Thursday, March 20, 2014

Pasang Surut Semangat Bunda

Dini hari, 04 Maret 2014

Rasanya sudah lama sekali saya meninggalkan blog tanpa ada postingan baru. Sibuk lagi :D ? Ya, itu alasan lagi…

Ingin evaluasi 100 hari yang sudah saya tetapkan untuk menjadi CINTA Profesional. Sudah 65 hari berjalan menuju hari ke-100. Apa yang berhasil saya lakukan? Apa yang belum?
Berhasil dress up 7 to 7 selama 61 hari, dan 4 hari baru dress up jam 8 dan 9 pagi :(. Kemudian berkegiatan dengan anak-anak sudah mulai terbiasa, walau hanya kami isi dengan “Ngobrol ala Bunda dan Azzam”. Jeleknya, saya masih belum konsisten untuk kerapian rumah, apalagi menu 10 hari yang sudah sejak awal direncanakan. Untuk hal ini, gagal semua… -hiks…

Sedih pastinya, karena masih belum mampu menjadi apa yang di-mau. Bahkan sekarang 100 hari menuju Cinta Profesional, akan saya ganti menjadi 100 hari menuju Bunda Sayang. Apalagi ini??? Hehe, ini salah satu program kuliah di www.ibuprofesional.com tingkat awal. Bisa disebut juga istilah kumpulan mata kuliah di tahun 1 di Institut Ibu Profesional yang belum tentu bisa tuntas dalam 1 tahun.

Ada 12 materi yang perlu dikuasai dan dipraktekkan dalam rumah bersama keluarga dan anak-anak. Jika dulu saya kuliah sampai 20 atau 24 sks. Maka saat ini 12 materi ini harus dipahami secepatnya dan dipraktekkan selamanya… hehe. Berat? Hm… Mana ada yang namanya materi baru itu mudah, kecuali kalau benar-benar sudah dikuasai. Nah, untuk menguasainya tidak semata-mata, belajar, hafal, ujian dan nilai. Tapi…. Belajar, praktek, pahami, praktek lagi, kuasai, praktek lagi, dan praktek teruuusss. Nilai?? Nilainya kapan?

Nilainya…. Nanti di akhir-at oleh Allah SWT melalui catatan para malaikat-Nya. :)

Ya, jika selama ini saya merasa sudah maksimal belajar di tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi, sampai sudah jadi MAHAsiswi. Maka kali ini saya harus maksimal juga menjadi IBU bagi anak-anak saya. Jika dulu saya merasa puas saat Rangking 1 atau nilai A tertulis di laporan hasil belajar. Maka kali ini saya tidak akan puas sampai ajal menjelang…#lebay hehe….

Ya, jika dulu tidak tidur membuat tugas kuliah dan pagi-pagi sibuk untuk menyiapkan diri ke kampus. Maka sekarang tidak tidur memikirkan bagaimana saya hari ini, apa yang saya dapatkan, dan apa yang akan saya lakukan besok. Tetap saja semuanya harus melalui proses, sebagaimana 6 syarat yang perlu dimiliki bagi seorang penuntut ilmu (dalam hal ini, saya yang belajar ilmu Rumah Tangga dan segala isi-isinya :)), syaratnya harus cerdas (sehat akal), kemauan yang kuat (bersungguh-sungguh) bisa juga dalam bentuk tidak mau berhenti belajar, sabar menjalaninya, mengusahakan biaya yang diperlukan, adanya guru (bila perlu bisa kenal lebih dekat dengan guru), dan –butuh- waktu yang lama (berproses). 

Kalau mengikuti 6 syarat itu, saya merasakan masih kurang sabar dan bersungguh-sungguh dalam menjalani proses belajar menjadi profesional dalam rumah. Harus meningkat, untuk ke depannya, inshaaAllah. Semangat…. ^_^


Menjelang sore, 10 Maret 2014

Kali ini, terasa begitu sulitnya isi kepala bisa mengalir dalam tulisan (ketikan). Buntu untuk menuangkannya dalam cerita, tapi menyesakkan di kepala. Menjalani rutinitas dengan status Bunda di mata anak-anak (Azzam dan Aliya) belakangan ini, sempat membuatku “lalai” dengan status Istri di hadapan suamiku. Dua status yang tidak mungkin dilepaskan satu sama lain dalam berumah tangga. Bahkan akhir-akhir ini kami lebih sering bercerita tentang anak daripada tentang berdua. Kami menikmatinya, tapi beberapa hari terakhir sempat saya sampaikan ke suami, tentang lumayan lama kami tidak memperbaharui komunikasi dengan berbicara maupun bercanda tentang berdua. Hmm, memang sekarang semua perbaikan itu sangat perlu. Maafkan, perbaiki dan laksanakan… ^_^


Dini hari, 21 Maret 2014

Hampir dua minggu waktu serasa berlalu dengan hampa kegiatan, mulai kegiatan bersama sampai merapikan kegiatan sendiri pun rasanya masih belum ada yang ‘maksimal’ kulakukan. Semua rasanya biasa saja, bahkan serasa lebih buruk. 

Rutinitas yang saya jalani seperti tidak ada nilai (baca:sia-sia). Satu hal yang pasti, sekalipun begitu Allah Swt pasti melihatnya dan Malaikat tentu mencatatnya. Jika saya evaluasi sendiri, terlihat ada kemunduran dalam berbagai hal. Ditelaah lagi lebih dalam, saat ada kemunduran, pastinya kuantitas atau kualitas ibadah saya ada yang menurun. Astaghfirullahal ‘azhiim… Karena tolok ukur dari berjalan baiknya aktifitas seorang yang muslim itu memang berbanding lurus dengan ibadah yang dia lakukan, pengaruhnya pasti ada.

Beberapa jam lalu, saya membaca buku Hadits Qudsi yang membahas tentang Indahnya Beribadah kepada Allah Swt. Hadist Riwayat Ahmad, At-tarmidzi, Ibn Majah dan Al-Hakim, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ini menjelaskan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

”Sesungguhnya Allah Swt. Berfirman, ‘Wahai Bani Adam, curahkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dirimu dengan kecukupan, dan Aku akan hilangkan kefakiranmu. Dan jika engkau tidak melakukannya, niscaya Aku susahkan dirimu dengan kesibukan, dan Aku tidak akan menghapuskan kefakiranmu.”

Sebagaimana dijelaskan juga di buku tersebut, bahwa ibadah mengisyaratkan struktur manusia seluruhnya, mulai dari hati, lisan, akal dan seluruh organ tubuh kita. Adapun syarat mutlak dari ibadah adalah: memberikan manfaat dan kemashlahatan dalam kehidupan, dilakukan untuk mengaharapkan keridhaan Allah, dan dikerjakan tanpa menyalahi syarat.

Merunut kembali apa yang saya alami beberapa waktu ini, saya diingatkan bahwa saya harus kembali memperbaiki niat saya dalam menjalani aktifitas di rumah dengan niat ‘ibadah’ yang sebenarnya. Kadang saya lupa meniatkan apa yang saya lakukan untuk menjadi ‘ibadah’ kepada Allah Swt., sehingga merasakan semua itu hanya rutinitas semata dan menimbulkan rasa ‘lelah’ bahkan 'susah' yang tak menentu. Padahal sudah diketahui bahwa ibadah kepada Allah itu, bukan semata hal yang berkaitan dengan shalat, puasa, zakat dan haji, sekalipun keempat ibadah tersebut termasuk jenis ibadah yang paling agung (Rukun Islam), tetapi sifat terpuji dan akhlak yang indah seperti bersikap lembut dengan dalam bermuamalah dan menunaikan amanah dengan bersabar dan keteguhan, ini juga harus dimulai dengan niat kepada Allah. Jika mengharap kepada yang lain, inilah yang menyebabkan lelah hati dan kejenuhan.

Ya, tepatnya malam ini, saya kembali diingatkan, dua minggu dalam kubangan kelalaian dan merasa lemah. Padahal Allah Swt sudah menguatkan dalam firman-Nya untuk tidak menjerumuskan diri dalam kecelakaan (kesia-siaan), dan tidak berputus asa dalam mencapai rahmat-Nya. Saya harus giat kembali, tepatnya menata kembali ‘ibadah’ saya dengan memperbaharui niat. Hm, upgrade niat, untuk kegiatan yang lebih terarah pada kesyukuran dan kesabaran menjalankan ibadah menjadi istri, orangtua dan menjadi salah satu bagian keluarga besar dan masyarakat. Teringat dulu sewaktu kuliah sempat diwawancarai, wartawan Tabloid Kampus (haha… nostalgia), saat diminta memberikan pesan untuk pembaca, lantas saya menjawabnya “Perbaharui niat dalam menuntut ilmu”.

Tabloid Interaktif 2007
Karena dalam meraih cita-cita, niat harus diperbaiki dulu, jika ada yang perlu ditambal ya ditambah, ada yang perlu dicabut, ya dicabut (emang gigi?), maksudnya buanglah niat-niat jelek selama ini. Renungi lagi, untuk apa kita kuliah? (sedikit penggalannya begini)

Jika dulu saya perbaharui niat dalam menuntut ilmu, maka saat ini dengan menuntut ilmu tentang rumah tangga serta seluk beluknya, saya juga perlu upgrade niat, akal dan perbuatan. :) Apalagi saat ini ilmu yang dituntut harus bergerak cepat dalam prakteknya, tapi tetap tidak boleh tergesa-gesa, karena tempat prakteknya sudah ada (rumah dan keluarga), bahkan sangat luas (jika dilakukan bersama keluarga lain, bahkan bisa berlanjut ke masyarakat) InsyaAllah.

Bagaimana saya sekarang? :D

Alhamdulillah, SEMANGAT LAGIIIIIIII……………..

Semoga segera terurai dalam perbuatan… Aamiin Allahumma Aamiiin…

Semangat, semangat, semangat…..

BISMILLAH... ALLAHU AKBAR..!!! 


Mulai dari tanggal 4-21 Maret, baru bisa posting keseluruhan. Bikin malu diri sendiri yang tidak merubah masalah menjadi tantangan. Akibatnya galau yang berlarut-larut baru terjawab dihari ke 21 bulan ini.... beruntung dalam masa itu maut tidak menjemput. Jika ya, innalillah, malangnya diri dalam kelalaian menghadap kepada-Nya.

but, forever is Thank's You Allah.... (Alhamdulillah... :))


Add caption
Rabbanaa laa tuzigh qulubana ba'da idz hadaitanaa wahablana min ladunka rahmah....

Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wain lam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriiin.

Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'azaabannaar.. Aamiin Allahumma Aamiin.