Rasanya
sudah lama sekali saya meninggalkan blog tanpa ada postingan baru. Sibuk lagi
:D ? Ya, itu alasan lagi…
Ingin
evaluasi 100 hari yang sudah saya tetapkan untuk menjadi CINTA Profesional.
Sudah 65 hari berjalan menuju hari ke-100. Apa yang berhasil saya lakukan? Apa
yang belum?
Berhasil
dress up 7 to 7 selama 61 hari, dan 4 hari baru dress up jam 8 dan 9 pagi :(. Kemudian berkegiatan dengan
anak-anak sudah mulai terbiasa, walau hanya kami isi dengan “Ngobrol ala Bunda dan Azzam”. Jeleknya,
saya masih belum konsisten untuk kerapian rumah, apalagi menu 10 hari yang
sudah sejak awal direncanakan. Untuk hal ini, gagal semua… -hiks…

Ada
12 materi yang perlu dikuasai dan dipraktekkan dalam rumah bersama keluarga dan
anak-anak. Jika dulu saya kuliah sampai 20 atau 24 sks. Maka saat ini 12 materi
ini harus dipahami secepatnya dan dipraktekkan selamanya… hehe. Berat? Hm… Mana
ada yang namanya materi baru itu mudah, kecuali kalau benar-benar sudah
dikuasai. Nah, untuk menguasainya tidak semata-mata, belajar, hafal, ujian dan
nilai. Tapi…. Belajar, praktek, pahami, praktek lagi, kuasai, praktek lagi, dan
praktek teruuusss. Nilai?? Nilainya kapan?
Nilainya….
Nanti di akhir-at oleh Allah SWT melalui catatan para malaikat-Nya. :)
Ya,
jika selama ini saya merasa sudah maksimal belajar di tingkat dasar, menengah
dan tingkat tinggi, sampai sudah jadi MAHAsiswi. Maka kali ini saya harus
maksimal juga menjadi IBU bagi anak-anak saya. Jika dulu saya merasa puas saat
Rangking 1 atau nilai A tertulis di laporan hasil belajar. Maka kali ini saya
tidak akan puas sampai ajal menjelang…#lebay hehe….
Ya,
jika dulu tidak tidur membuat tugas kuliah dan pagi-pagi sibuk untuk menyiapkan
diri ke kampus. Maka sekarang tidak tidur memikirkan bagaimana saya hari ini,
apa yang saya dapatkan, dan apa yang akan saya lakukan besok. Tetap saja semuanya
harus melalui proses, sebagaimana 6 syarat yang perlu dimiliki bagi seorang
penuntut ilmu (dalam hal ini, saya yang belajar ilmu Rumah Tangga dan segala
isi-isinya :)),
syaratnya harus cerdas (sehat akal), kemauan yang kuat (bersungguh-sungguh)
bisa juga dalam bentuk tidak mau berhenti belajar, sabar menjalaninya, mengusahakan
biaya yang diperlukan, adanya guru (bila perlu bisa kenal lebih dekat dengan
guru), dan –butuh- waktu yang lama (berproses).
Kalau
mengikuti 6 syarat itu, saya merasakan masih kurang sabar dan bersungguh-sungguh dalam menjalani
proses belajar menjadi profesional dalam rumah. Harus meningkat, untuk ke
depannya, inshaaAllah. Semangat…. ^_^
Menjelang
sore, 10 Maret 2014
Kali
ini, terasa begitu sulitnya isi kepala bisa mengalir dalam tulisan (ketikan).
Buntu untuk menuangkannya dalam cerita, tapi menyesakkan di kepala.
Menjalani rutinitas dengan status Bunda di mata anak-anak (Azzam dan Aliya)
belakangan ini, sempat membuatku “lalai” dengan status Istri di hadapan suamiku. Dua status yang tidak mungkin
dilepaskan satu sama lain dalam berumah tangga. Bahkan akhir-akhir ini
kami lebih sering bercerita tentang anak daripada tentang berdua. Kami
menikmatinya, tapi beberapa hari terakhir sempat saya sampaikan ke suami,
tentang lumayan lama kami tidak memperbaharui komunikasi dengan berbicara
maupun bercanda tentang berdua. Hmm, memang sekarang semua perbaikan itu sangat
perlu. Maafkan, perbaiki dan laksanakan… ^_^
Dini
hari, 21 Maret 2014
Hampir
dua minggu waktu serasa berlalu dengan hampa kegiatan, mulai kegiatan bersama
sampai merapikan kegiatan sendiri pun rasanya masih belum ada yang ‘maksimal’
kulakukan. Semua rasanya biasa saja, bahkan serasa lebih buruk.
Rutinitas
yang saya jalani seperti tidak ada nilai (baca:sia-sia). Satu hal yang pasti,
sekalipun begitu Allah Swt pasti melihatnya dan Malaikat tentu mencatatnya. Jika
saya evaluasi sendiri, terlihat ada kemunduran dalam berbagai hal. Ditelaah lagi
lebih dalam, saat ada kemunduran, pastinya kuantitas atau kualitas ibadah saya
ada yang menurun. Astaghfirullahal ‘azhiim…
Karena tolok ukur dari berjalan baiknya aktifitas seorang yang muslim itu
memang berbanding lurus dengan ibadah yang dia lakukan, pengaruhnya pasti ada.
Beberapa
jam lalu, saya membaca buku Hadits Qudsi yang membahas tentang Indahnya
Beribadah kepada Allah Swt. Hadist Riwayat Ahmad, At-tarmidzi, Ibn Majah dan
Al-Hakim, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ini menjelaskan bahwa Rasulullah
Saw bersabda:
![]() |
Sebagaimana
dijelaskan juga di buku tersebut, bahwa ibadah mengisyaratkan struktur manusia
seluruhnya, mulai dari hati, lisan, akal dan seluruh organ tubuh kita. Adapun
syarat mutlak dari ibadah adalah: memberikan manfaat dan kemashlahatan dalam
kehidupan, dilakukan untuk mengaharapkan keridhaan Allah, dan dikerjakan tanpa
menyalahi syarat.
Merunut
kembali apa yang saya alami beberapa waktu ini, saya diingatkan bahwa
saya harus kembali memperbaiki niat saya dalam menjalani aktifitas di rumah
dengan niat ‘ibadah’ yang sebenarnya. Kadang saya lupa meniatkan apa yang saya
lakukan untuk menjadi ‘ibadah’ kepada Allah Swt., sehingga merasakan semua itu
hanya rutinitas semata dan menimbulkan rasa ‘lelah’ bahkan 'susah' yang tak menentu. Padahal
sudah diketahui bahwa ibadah kepada Allah itu, bukan semata hal yang berkaitan
dengan shalat, puasa, zakat dan haji, sekalipun keempat ibadah tersebut
termasuk jenis ibadah yang paling agung (Rukun Islam), tetapi sifat terpuji dan
akhlak yang indah seperti bersikap lembut dengan dalam bermuamalah dan
menunaikan amanah dengan bersabar dan keteguhan, ini juga harus dimulai dengan
niat kepada Allah. Jika mengharap kepada yang lain, inilah yang menyebabkan
lelah hati dan kejenuhan.
Ya,
tepatnya malam ini, saya kembali diingatkan, dua minggu dalam kubangan
kelalaian dan merasa lemah. Padahal Allah Swt sudah menguatkan dalam firman-Nya
untuk tidak menjerumuskan diri dalam kecelakaan (kesia-siaan), dan tidak
berputus asa dalam mencapai rahmat-Nya. Saya harus giat kembali, tepatnya
menata kembali ‘ibadah’ saya dengan memperbaharui niat. Hm, upgrade niat, untuk kegiatan yang lebih
terarah pada kesyukuran dan kesabaran menjalankan ibadah menjadi istri,
orangtua dan menjadi salah satu bagian keluarga besar dan masyarakat. Teringat
dulu sewaktu kuliah sempat diwawancarai, wartawan Tabloid Kampus (haha…
nostalgia), saat diminta memberikan pesan untuk pembaca, lantas saya
menjawabnya “Perbaharui niat dalam menuntut
ilmu”.
![]() |
Tabloid Interaktif 2007 |
Karena
dalam meraih cita-cita, niat harus diperbaiki dulu, jika ada yang perlu
ditambal ya ditambah, ada yang perlu dicabut, ya dicabut (emang gigi?), maksudnya buanglah niat-niat jelek selama ini.
Renungi lagi, untuk apa kita kuliah? (sedikit penggalannya begini)
Jika
dulu saya perbaharui niat dalam menuntut ilmu, maka saat ini dengan menuntut ilmu
tentang rumah tangga serta seluk beluknya, saya juga perlu upgrade niat, akal dan perbuatan. :) Apalagi saat ini ilmu yang dituntut
harus bergerak cepat dalam prakteknya, tapi tetap tidak boleh tergesa-gesa,
karena tempat prakteknya sudah ada (rumah dan keluarga), bahkan sangat luas
(jika dilakukan bersama keluarga lain, bahkan bisa berlanjut ke masyarakat) InsyaAllah.
Bagaimana
saya sekarang? :D
Alhamdulillah,
SEMANGAT LAGIIIIIIII……………..
Semoga segera terurai
dalam perbuatan… Aamiin Allahumma Aamiiin…
Semangat, semangat, semangat…..
BISMILLAH... ALLAHU AKBAR..!!!
Mulai dari tanggal 4-21 Maret, baru bisa posting keseluruhan. Bikin malu diri sendiri yang tidak merubah masalah menjadi tantangan. Akibatnya galau yang berlarut-larut baru terjawab dihari ke 21 bulan ini.... beruntung dalam masa itu maut tidak menjemput. Jika ya, innalillah, malangnya diri dalam kelalaian menghadap kepada-Nya.
but, forever is Thank's You Allah.... (Alhamdulillah... :))
![]() |
Add caption |
Rabbanaa laa tuzigh qulubana ba'da idz hadaitanaa wahablana min ladunka rahmah....
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wain lam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khaasiriiin.
Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'azaabannaar.. Aamiin Allahumma Aamiin.