April adalah bulan cinta untuk
keluarga kecil kami. Bagaimana tidak? Jika April 2009, kami mulai dipertemukan
Allah dalam pernikahan, maka di April-April berikutnya kami mendapatkan
kebahagiaan lain yang Allah SWT anugerahkan kepada keluarga kami:
1. Muhammad
Azzam El-Fata
5 April 2010
hingga 2014, Azzam sudah menggenapkan umurnya 4 tahun. Alhamdulillah Allah
memberikan nikmat sehat dan cerdas untuk putra pertama kami.
2. Aliya
Sakhi Ismail
3 April 2013
hingga 2014, Aliya pun berumur 1tahun. Alhamdulillah, semua kebaikan dan
kebahagiaan Allah berikan, semoga senantiasa Engkau ridha terhadap kami. Aamiin
Allahumma aamiin
3. Bertambahnya
usia pernikahan kami (Zakia-Ismail) untuk tahun ke lima di tahun 2014 ini.
Tepatnya 30 April ini… ^_^
Bulan cinta, semoga senantiasa
Allah limpahkan cinta kepada keluarga kami dan di antara kami. Tak lantas hanya
cinta, namun dipenuhi dengan kasih sayang dan saling menghargai satu dan
lainnya.
Dilihat dari mulai menikah sampai
tahun ini, maka setiap bulan April dari tahun ke tahun, ada tambahan hari
bahagia yang kami nanti-nanti, dengan bertambahnya anggota keluarga dan
bertambahnya usia mereka dan bertambahnya usia pernikahan kami. Alhamdulillah
^_^
Tahun ini, banyak pelajaran baru
dan haru yang kami rasakan menjelang 5 tahun kami menjalani hidup bersama.
Hidup merantau dari Sumatera ke Jawa, tepatnya Bukittinggi-Bandung, membuat
kami banyak belajar dan belajar dalam menjalani kehidupan berkeluarga.
Warna perjalanan hidup yang
beragam membuat kami mulai mengerti, bahwa pernikahan dan keluarga adalah
tempat belajar yang paling utama bagi kami dan anak-anak. Hm, terkenang kembali
akhir Maret lalu, kami melakukan perjalanan untuk menambah pembelajaran kami
tentang kehangatan keluarga. Kami mengikuti kegiatan berkemah di Salatiga dalam
acara Festival Pendidikan Rumah yang biasa dikenal dengan FESPER.
Ya, FESPER merupakan salah satu
perjalanan kami sekeluarga yang memberikan pembelajaran baru dalam kehidupan
kami. Sesuai dengan tema Fesper tahun ini, “LEARNING, SHARING, NETWORKING”, di
sana kami menimba ilmu dari keluarga-keluarga yang sudah lebih dahulu
menjalankan pendidikan rumah untuk anak-anak mereka. Kami tertarik dengan
pendidikan rumah yang dijalankan keluarga dalam acara tersebut, dan untuk menceritakan
ini lebih lanjut, perlu satu judul baru lagi untuk diceritakan. ;)
Kembali terkenang awal pernikahan
kami, 30 April 2009 (lima tahun yang lalu). Tepatnya hari Jum’at, akad nikah yang
berlangsung, ada satu hal yang sampai saat ini selalu teringat dan selalu saya
ceritakkan kepada suami di 30 April tahun-tahun berikutnya. Yaitu, saat suami
menangis membacakan “Shigat Ta’liq”.
Jika menangis haru, mungkin sudah biasa. Tapi ini adalah tangisan misteri, yang
saat itu memberikan seribu pertanyaan bagi semua yang hadir dalam Majelis
Pernikahan kami, khususnya bagi saya sendiri sebagai mempelai. Ya, hari itu,
suami dan mertua perempuan menangis sesenggukan, diiringi dengan kebingungan
saya (istri) dan mama, yang kemudian juga menitikkan air mata.
Bahkan, setelah acara nikahan
pun, kami tak sempat berfoto dengan surat nikah, maupun foto bersama antara dua
keluarga, juga tak sempat kita ambil. Entah karena sempit waktu atau karena ada
perasaan yang tak menentu di hati kami saat itu, sehingga memutuskan untuk
pulang saja. Hmm…
Sekarang di tahun ke lima ini, saat
saya menyampaikan bahwa akhir bulan ini, tepat 5 tahun usia pernikahan kami.
Beliau lantas bertanya, “Hm… iya. Bagaimana bunda? Masih amankah?”
Sambil tersenyum, saya berkata “Hehe,
kalau ga aman, mungkin sekarang kita enggak
membahas ini sekarang, semoga bisa lebih baik dalam menjalani peran sebagai
pasangan dan orangtua ya Ayah”.
“Aamiin… Insyaallah”, jawab
beliau.
Kalau mengingat umur 5 tahun,
rasanya hanya berada 1 tahun di atas umur si sulung kami, “Muhammad Azzam
Elfata”. Jika saat pernikahan pertama, saya memberi istilah kepada suami, “Pernikahan
usia Bayi”, maka tahun ke 5 ini saya menyebutnya, “Pernikahan Usia Kanak-Kanak”.
Ya, 5 tahun pernikahan, sudah mulai
membuat kami belajar pasangan dan orangtua bagi 2 anak kami, Azzam dan Aliya.
Untukku dan suamiku (untuk kita):
Alhamdulillah, atas nikmat
kehidupan bersama yang Allah berikan kepada kita. Dengan berkah dan
tuntunan-Nya pula sampai detik ini kita masih bersama dan berjalan beriringan
menuju perjalanan masa depan yang berujung di akhirat nanti, Insyaallah.
Lima tahun dengan kehidupan baru
dan status baru sudah selayaknya membuat kita lebih dewasa lagi walau masih
dengan usia pernikahan yang kanak-kanak :)
Lima tahun bersama, kita mulai
belajar mengurus dua anak dan Allah pun meluaskan rezeki-Nya melalui amanah
yang telah Dia titipkan pada kita saat ini.
Lima tahun bersama sudah
semestinya membuat kita menjadi:
1. Makin
banyak belajar dan mencari ilmu dalam menjalani kehidupan sebagai pasangan dan
menjadi orang tua bagi anak-anak kita
2. Makin
memberikan waktu terbaik untuk keluarga kita dalam setiap hari yang kita miliki
3. Makin
taat kepada Allah swt dan mendekat kepada-Nya melalui ibadah serta penuh
kesyukuran dan kesabaran.
4. Senantiasa
meminta doa dan restu kedua orang tua.
Lima tahun bersama, semoga kelak
makin menguatkan kita dalam ketaatan dan kebersamaan…
Ya Allah… Yang Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana…
Karuniakan kami kedamaian yang
hakiki, yang berasal dari Cinta-Mu. Kedamaian yang muncul bagi keluarga kami
dan tersebar bagi anak keturunan kami. Dekatkan keluarga kami pada ampunan-Mu
dan dekat kepada Cinta-Mu
Mohon Engkau jadikan keluarga
kami menjadi sebaik-baik tempat mendidik bagi anak-anak kami, mengenalkan
mereka pada Kebesaran-Mu, membahagiakan mereka pada Ampunan-Mu, membuat mereka menangis
karena takut pada balasan-Mu yang Maha Adil, semoga kelak kami dapat berkumpul
kembali dalam keridhaan dan Surga-Mu, menjadi golongan orang-orang yang shalih
dan shalihah, yang Kau janjikan untuk memperoleh Surga-Mu
Aamiin Yaa Mujiiba as-Saa-iliiin....
No comments:
Post a Comment