Kuliah Rutin Rumah Belajar
KMS #4
Hari/Tanggal: 7 Maret 2015
Tema: Memandu Kemandirian Anak
Alhamdulillah pada kuliah rutin
RB ke 4, dihadiri oleh 6 orang. Sebelum memulai materi baru, kami berbagi
pengalaman dan pemahaman mengenai materi sebelumnya. Pada pertemuan ini kami
membahas tentang Memandu Kemandirian Anak dengan resume sebagai berikut:
Memandu kemandirian Anak
merupakan hak anak yang wajib kita penuhi sesuai usia mereka. Kadang, kita –orangtua-
dimanjakan oleh produk-produk praktis, atau merasa kasihan kepada anak,
sehingga membuat kita terlupa melatihkan kemandirian kepada anak-anak kita.
Misalnya: saat kita dimudahkan
dengan popok sekali buang, para orang tua sudah merasa biasa memasangkan popok
tersebut sehari-hari di rumah, ketika anak-anaknya di atas usia 2-3 tahun
bahkan lebih. Padahal, seharusnya sebelum itu, Toilet Training sudah mulai bisa
kita latihkan kepada anak-anak sebelum itu. Contoh lainnya, anak yang berusia 2
tahun ke atas, masih atau harus disuapi. Padahal sebelum itu sudah boleh kita
latihkan makan sendiri kepada anak-anak. Atau di usia 3 tahun anak sudah bisa
memakai sepatu sendiri.
Ya, di sinilah letak peliknya,
saat kita belum mempunyai ilmu tentang kemandirian apa saja yang harus
dilatihkan, kita masih saja mengikuti cara-cara lama, sehingga melahirkan
anak-anak yang tidak mandiri atau terlambat mandiri.
Nah, sebelum kita memulai
melatihkan kemandirian anak-anak, ada HAL yang PERLU DIKETAHUI dulu oleh
orangtua, yaitu BAGAIMANA AKU DI MATA
ANAKKU? Tepatnya mengenal karakter kita sendiri, dalam mendidik anak-anak
kita, atau introspeksi diri bahwa ternyata kita-lah yang menjadikan anak-anak
tidak mandiri karena tidak konsisten/disiplin dan tidak mandirinya kita. Karena
anak tidak pernah salah meng-copy orangtua, tetapi bisa salah dalam memahami perkataan orang tuanya.
Bagaimana aku di mata anakku? Apakah anak-anak menilai kita
sebagai:
1. Orangtua
yang terlalu baik – memanjakan atau tidak tega
2. Orangtua
yang kejam – banyak aturan dan pemarah
3. Orangtua
yang Tegas dengan Cinta – firm love
Selanjutnya perlu kita ketahui Penyakit Orangtua yang sedang
menggerogoti kita, sehingga kita tidak berhasil melatihkan kemandirian kepada
anak, baik kita sadari atau tanpa kita sadari.
1.
Memanjakan
Anak: Memberikan apa yang tidak dibutuhkan anak dan melakukan berbagai hal
untuk anak yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri.
2.
Tidak
Konsisten: Mengikuti semua kemauan anak, aturan sangat longgar, tidak ada
punishment ketika melakukan kesalahan. (Karena orangtua yang tidak konsisten
akan sulit dipercayai anak).
3.
Rasa
Unsecure: Takut kehilangan anak.
4.
Merasa
Bersalah: setiap hari kerja terus dan tidak punya waktu untuk anak.
5.
Pengalaman
Masa Kecil: Balas dendam masa kecil
6.
Tidak
mau ribut dengan anak.
Adapun yang
perlu dan wajib dimiliki saat memulai kemandirian anak adalah
1. Konsistensi (dalam menjalankan aturan
yang sudah dibuat begitu juga dengan konskuensinya)
2. Motivasi (dengan apa yang bisa membuat
termotivasi untuk melakukan kegiatan)
3. Teladan (keteladanan orangtua merupakan
kunci bagi anak, jika kita menuntut anak mandiri, maka kitalah yang harus
mandiri lebih dahulu)
Hal-Hal yang mendukung kemandirian anak:
1. Rumah
didesain untuk anak, kalau memungkinkan memberikan tempat-tempat khusus juga
untuk anak, misalnya tempat gosok gigi atau jemuaran handuk yang terjangkau
oleh anak.
2. Membuat
aturan bersama anak, memulai aturan bisa dengan 1 aturan terlebih dahulu, namun
konsisten dan perlahan aturan ditambah. Jangan membuat aturan sendiri, apalagi
aturannya banyak, karena akan disepelekan anak dan memberikan celah untuk tidak
konsisten.
3. Konsisten
melakukan aturan.
4. Anak
diberitahu resiko. Misal resiko yang harus dijalankan saat ada air tumpah,
ajarkan anak untuk mengelap lantai, atau saat terluka diberi obat.
5. Anak
diberi tanggungjawab sesuai tingkatan umur dan kemampuan
6. Memotivasi
anak, berikan kepercayaan pada anak dengan unsur permainan, misal: saat anak
diberi tugas menutup jendela, atau membersihkan kamar mandi, nanti anak
diberikan gelar “Jendral Jendela atau Jendral Toilet”.
Tolok Ukur Kemandirian:
1.
Usia 0-12
bulan, masih dalam tahap sensomotorik, sangat tergantung orang lain
2.
Usia 1-3
tahun, diajak untuk mengontrol diri sendiri, mulai dari toilet training,
berbicara jika butuh sesuatu, membereskan mainan, dan mengambil baju.
3.
Usia
3-5 tahun, menunjukkan inisiatif yang besar untuk melakukan kegiatan
berdasarkan keinginan sendiri, meniru perilaku dewasa. Contoh: membereskan
mainan, membantu ibu menaruh piring/baju kotor.
4.
Usia
sekolah: Kemampuan anak menunjukkan prestasi. Diantaranya: mengatur waktu,
cara belajar, bergaul dengan teman.
Tahapan membuat Anak Mandiri
2. Beri
waktu kepada anak untuk bermain bebas
3. Membantu
tugas rumah, menyiram tanaman, membuang sampah dll.
4. Biarkan
anak mengurus waktu sendiri dalam urusan sekolah dan main
5. Anak
diberi tanggungjawab dan dimintai pertanggung jawabannya.
6. Kondisi
badan harus fit dan kuat, imbangi dengan olah raga dan kegiatan di alam terbuka
7. Ijinkan
anak untuk menentukan tujuannya sendiri
8. Ingat,
Anda tidak akan selalu bersama mereka.
Apresiasi terhadap anak-anak yang mandiri
1. Membuat
buku bintang, bisa dibuatkan untuk anak 3-5 tahun, dengan buku bintang bisa
memberikan latihan memenej keinginan anak. Misal ketika anak-anak menginginkan
sesuatu bisa diwujudkan jika anak sudah mengumpulkan sekian bintang melalui
kemandirian yang mereka lakukan.
2. Apapun
bentuk lain dari apresiasi yang menantang bagi anak bisa diberikan kepada anak
usia 5 tahun ke atas.
3. Jangan
sekali-kali memberikan uang kepada anak sebagai reward/apresiasi. Karena anak
belum terlatih dengan kecerdasan finansial (mengelola uang).
4. Membuat
laporan perubahan kemandirian anak dan orangtua.
No comments:
Post a Comment