[Serial Kulwapp Ibu Profesional]
RESUME KULWAPP IIP MALANG RAYA #1
Tema : Konsep dan Cara Konkret Menanamkan Tauhid pada Anak
Hari, tgl : Jumat, 13 Maret 2015
Hari, tgl : Jumat, 13 Maret 2015
Waktu : 20.00 - 21.00 WIB
Narasumber : Harry Santosa
*beliau adalah ahli community based education, pendidikan anak berbasis fitrah. Founder MLC (Millenial Learning Club) dan Home Education berbasis potensi dan akhlak*
Narasumber : Harry Santosa
*beliau adalah ahli community based education, pendidikan anak berbasis fitrah. Founder MLC (Millenial Learning Club) dan Home Education berbasis potensi dan akhlak*
Host : Anzilia Rizka
Co Host : Alfiyanti Dwi
Admin : Andita A. Aryoko
Co Host : Alfiyanti Dwi
Admin : Andita A. Aryoko
MENGEMBANGKAN FITRAH KEIMANAN
By Harry Santosa
Sesungguhnya sebelum kita dilahirkan ke muka bumi, setiap kita pernah bertemu Allah dan bersaksi bahwa Allah benar adanya sebagai Robb kita.
“Alastu biRobbikum? Qoluu Balaa Syahidnaa”,
begitu bunyi ayatnya di dalam alQuran.
Walau kita lupa peristiwa persaksian itu namun, itu semua itu terekam kuat bahkan terinstal di dalam fitrah keimanan setiap bayi yang lahir
Karenanya tidak ada satu kaum atau suku pun di muka bumi yang tidak memiliki Tuhan dan tempat beribadah. Karena secara fitrah sesungguhnya setiap manusia menyadari eksistensi Zat Yang Maha Hebat, Zat Yang menciptakan, mengatur, memberi rizqi dan
menguasai segalanya.
menguasai segalanya.
Manusia menyadari bahwa bersandar pada Zat Yang Maha Segalanya adalah
keniscayaan. Itulah yang menjelaskan mengapa setiap bayi yang lahir “menangis”, karena pada galibnya, setiap bayi merindukan Zat Yang Mampu Memeliharanya, Zat
Yang Memberi Rizki kepadanya, Zat yang Maha Hebat tempat menyandarkan semua kebutuhan dan masalahnya, yaitu Robb Semesta Alam.
keniscayaan. Itulah yang menjelaskan mengapa setiap bayi yang lahir “menangis”, karena pada galibnya, setiap bayi merindukan Zat Yang Mampu Memeliharanya, Zat
Yang Memberi Rizki kepadanya, Zat yang Maha Hebat tempat menyandarkan semua kebutuhan dan masalahnya, yaitu Robb Semesta Alam.
Inilah Potensi Fitrah Keimanan, meliputi fitrah kesucian, fitrah kebenaran, fitrah kecintaan, fitrah kehormatan diri, fitrah malu terhadap dosa dstnya. Inilah fitrah terpenting dan terutama
dibanding fitrah lainnya.
dibanding fitrah lainnya.
Fitrah keimanan inilah yang melingkupi semua fitrah lainnya seperti fitrah bakat, fitrah belajar, fitrah kepemimpinan, fitrah perkembangan sehingga disempurnakan menjadi mulia.
Fitrah keimanan yang menyempurnakan fitrah lainnya sehingga menjadi mulia inilah yang kita kenal dengan akhlaqul karimah.
Bagaimana menjaga dan memelihara serta membangkitkan dan menumbuhkan fitrah keimanan ini?
Ayah Bunda, para pendidik peradaban, para penumbuh fitrah, ketahuilah bahwa sosok Robb bagi seorang bayi, adalah kedua orangtuanya.
Bagaimana Ayah Bundanya bersikap maka begitulah anak balita kita membangun imaji baik atau buruk tentang Robbnya, kemudian dengan
imaji itu mereka mempersepsi Robb nya dan mengkonstruksi pensikapannya terhadap
kehidupannya kelak.
Bagaimana Ayah Bundanya bersikap maka begitulah anak balita kita membangun imaji baik atau buruk tentang Robbnya, kemudian dengan
imaji itu mereka mempersepsi Robb nya dan mengkonstruksi pensikapannya terhadap
kehidupannya kelak.
Allah swt sebagai Robb, meliputi Kholiqon (Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara), Roziqon (Allah sebagai Pemberi Rizqi) dan Malikan (Allah sebagai
Pemilik). Begitulah bayi kita memandang kita,
orangtuanya sebagai penciptanya, pemeliharanya,
pemberi rizkinya, pemasok kebutuhannya dan pemilik serta pelindungnya.
Pemilik). Begitulah bayi kita memandang kita,
orangtuanya sebagai penciptanya, pemeliharanya,
pemberi rizkinya, pemasok kebutuhannya dan pemilik serta pelindungnya.
Rasulullah SAW, pernah dengan keras menegur seorang ibu yang menarik bayinya dengan keras karena pipis di pangkuan Rasulullah SAW. “Wahai
bunda, pipis ini kan bisa di bersihkan, namun
perbuatan bunda menarik bayi dengan kasar dan keras akan diingatnya sepanjang hayatnya”.
Imaji yang buruk anak kita tentang perbuatan
orangtuanya, akan menyebabkan luka persepsi. Dan setiap luka persepsi akan melahirkan pensikapan
yang buruk terhadap kehidupan anak kita kelak ketika mereka dewasa.
bunda, pipis ini kan bisa di bersihkan, namun
perbuatan bunda menarik bayi dengan kasar dan keras akan diingatnya sepanjang hayatnya”.
Imaji yang buruk anak kita tentang perbuatan
orangtuanya, akan menyebabkan luka persepsi. Dan setiap luka persepsi akan melahirkan pensikapan
yang buruk terhadap kehidupan anak kita kelak ketika mereka dewasa.
đŸ‘¤Ada seorang psikolog yang mengatakan bahwa satu hari yang membahagiakan seorang anak ketika
mereka kecil, akan menyelamatkan satu hari ketika mereka dewasa. Beberapa hari yang membahagiakan seorang anak di masa kecil, akan menyelamatkan beberapa hari ketika mereka dewasa.
Seluruh hari yang membahagiakan seorang anak sepanjang masa anak anaknya akan menyelamatkan seluruh hidupnya ketika dewasa kelak.
mereka kecil, akan menyelamatkan satu hari ketika mereka dewasa. Beberapa hari yang membahagiakan seorang anak di masa kecil, akan menyelamatkan beberapa hari ketika mereka dewasa.
Seluruh hari yang membahagiakan seorang anak sepanjang masa anak anaknya akan menyelamatkan seluruh hidupnya ketika dewasa kelak.
Inilah pentingnya membangun imaji positif anak2 terhadap orangtuanya, terhadap alamnya, terhadap masyarakatnya, terhadap agamanya sejak usia dini.
Rasulullah SAW membiarkan cucunya bermain kuda kudaan ketika beliau sedang sujud dalam sholatnya, hingga kedua cucunya puas. Ini semata mata untuk mengkonstruksi imaji positifnya tentang ibadah.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW membolehkan Aisyah kecil memainkan boneka, memiliki tirai
bergambar dstnya. Ini semata-mata agar anak
anak memiliki imaji psoitif tentang kehidupannya.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW meminta imam sholat memendekkan bacaannya apabila terdapat anak-anak di dalam shaf makmumnya. Ini semata-mata agar anak memiliki imaji positif tentang sholat dan Tuhannya.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW membolehkan Aisyah kecil memainkan boneka, memiliki tirai
bergambar dstnya. Ini semata-mata agar anak
anak memiliki imaji psoitif tentang kehidupannya.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW meminta imam sholat memendekkan bacaannya apabila terdapat anak-anak di dalam shaf makmumnya. Ini semata-mata agar anak memiliki imaji positif tentang sholat dan Tuhannya.
Hati-hati dengan wajah kita, jangan pernah menunjukkan wajah suram di hadapan anak anak kita ketika memandang wajah anak-anak kita, belailah kepalanya dan bersholawatlah.
Juga jangan pernah berwajah tidak bahagia ketika adzan berkumandang, jangan pernah perlihatkan
wajah suram ketika memberi shodaqoh kepada fakir
miskin dsbnya.
wajah suram ketika memberi shodaqoh kepada fakir
miskin dsbnya.
Itu semua akan mematikan fitrah keimanan anak anak kita.Imaji positif ini juga bisa dibangkitkan dengan belajar di alam, belajar bersama alam. Ajak anak2 balita kita ke alam, bangkitkan imajinasi positifnya tentang semesta, katakan bahwa burung-burung juga sholat dengan merentangkan sayapnya, bulan, planet dan bintang-bintang di langit juga sholat
dengan berjalan pada garis edarnya. Bagaimana
patuhnya alam pada Sang Pencipta.
dengan berjalan pada garis edarnya. Bagaimana
patuhnya alam pada Sang Pencipta.
Imaji positif ini juga bisa dibangkitkan dengan kisah kisah inspirasi dan kepahlawanan, utamakan kisah alQuran sebelum kisah lainnya. Hindari memulai dengan kisah2 yang berisi banyak peringatan tentang perbuatan yang buruk, mulailah dengan kisah kisah yang membahagiakannya dan memicu kegairahan tentang perbuatan yang baik.
Inilah pentingnya Bahasa Ibu yang utuh pada usia dini, agar anak anak mampu mengekspresikan
gagasannya, perasaannya dengan utuh, sebagai
represntasi imaji imaji positifnya.
gagasannya, perasaannya dengan utuh, sebagai
represntasi imaji imaji positifnya.
Nah, bila anak2 kita telah memiliki imaji imaji yang baik dan positif tentang Allah, tentang Sholat, tentang alQuran, tentang Alam Semesta dsbnya
sejak usia 0-6 tahun, maka ketika Sholat diperintahkan pada usia 7 tahun, akan seperti pucuk dicinta ulam tiba. Tidak ada perlawanan apapun kecuali kebahagiaan menyambutnya.
sejak usia 0-6 tahun, maka ketika Sholat diperintahkan pada usia 7 tahun, akan seperti pucuk dicinta ulam tiba. Tidak ada perlawanan apapun kecuali kebahagiaan menyambutnya.
Hal yang sama berlaku untuk syariah lainnya. Jadi mulailah dengan membangkitkan kesadaran fitrah keimanannya sejak dini bukan dimulai dengan
memaksakan pelaksanaan syariahnya.
memaksakan pelaksanaan syariahnya.
Begitulah tarbiyah yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Usia 10 tahun adalah batas akhir untuk mengenal Allah secara utuh lewat pembuktian Sholat yang
konsisten. Karenanya anak yang sudah berusia 10
tahun boleh dipukul bila masih belum konsisten
sholatnya.
Usia 10 tahun adalah batas akhir untuk mengenal Allah secara utuh lewat pembuktian Sholat yang
konsisten. Karenanya anak yang sudah berusia 10
tahun boleh dipukul bila masih belum konsisten
sholatnya.
Hal ini sebaiknya tidak terjadi karena ada masa yang panjang selama 10 tahun untuk menyadarkan dan membangkitkan fitrah
keimanannya.
keimanannya.
Rasulullah SAW tidak pernah memukul anak sepanjang hidupnya. Maka ada hal terpenting bagi kita semua para orangtua untuk mendidik keimanan anak-anak kita
yaitu mulailah dengan membersihkan jiwa kita dan mengembalikan fitrah2 baik dalam diri kita, sehingga fitrah kita akan bertemu dengan Fitrah Keimanan anak anak kita, yang sesungguhnya telah
siap untuk disemai,dibangkitkan dengan inspirasi, imaji dan keteladanan.
yaitu mulailah dengan membersihkan jiwa kita dan mengembalikan fitrah2 baik dalam diri kita, sehingga fitrah kita akan bertemu dengan Fitrah Keimanan anak anak kita, yang sesungguhnya telah
siap untuk disemai,dibangkitkan dengan inspirasi, imaji dan keteladanan.
Mari kita perbaiki jiwa dan keimanan kita sebelum
membangkitkan fitrah keimanan anak anak kita.
Menjadi orangtua sejati dengan jiwa dan hati yang bersih adalah keberkahan dan bekal menumbuhkan
fitrah keimanan anak anak kita.
membangkitkan fitrah keimanan anak anak kita.
Menjadi orangtua sejati dengan jiwa dan hati yang bersih adalah keberkahan dan bekal menumbuhkan
fitrah keimanan anak anak kita.
Tanpa tumbuhnya Fitrah Keimanan anak kita maka fitrah lainnya akan menjadi tidak mulia.
*Renungan Pendidikan #13
TANYA JAWAB
1. Bagaimana menjelaskan pada anak ttg perilaku baik buruk yang dikaitkan dg perintah dan larangan Allah. Terkadang celetuk "tidak boleh bgini, Allah tidak suka nnt Allah marah lho.." (anak berpikir jd Allah itu suka marah2 ya?)
1. Bagaimana menjelaskan pada anak ttg perilaku baik buruk yang dikaitkan dg perintah dan larangan Allah. Terkadang celetuk "tidak boleh bgini, Allah tidak suka nnt Allah marah lho.." (anak berpikir jd Allah itu suka marah2 ya?)
-Bunda Solichati-
1. bunda Solichati yang baik,
Tergantung usianya. Di bawah 7 tahun, anak belum punya tanggungjawab moral, mereka mempersepsi segalanya dalam bentuk imaji positif dan imaji negatif. Karenanya bunda benar, anak akan mempersepsi negatif tentang Allah bila caranya seperti di atas.
Ketahuilah bahwa selain fitrah2 keimanan, fitrah ksucian dll, maka kebaikan dan keburukan juga Allah ilhamkan dalam diri anak2 kita. Jangan heran bila tiba2 anak kita yang sangat santun, lalu tiba2 berbohong, tiba tiba berbuat hal negatif padahal tdk pernah diajarkan. Jangan kaget gadis kecil balita kita tiba2 minta dipakaikan jilbab, minta diajarkan membaca alQuran dll.
Maka tidak perlu memarahi, mengardik menakut nakuti ketika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik. Bu Elly Risman menganjurkan banyak diam ketika anak berbuat buruk, dan banyak memuji dan bicara baik ketika anak berbuat baik. Ini semata2 agar kita tdk melukai jiwanya. Luka jiwa akan merusak pesepsinya. Rusak persepsi akan menghalangi tumbuhnya fitrah yang baik. Ini lebih buruk dari perbuatan buruknya. Maka fokuslah pd kebaikan2 anak2 kita, maka cahaya kebaikannya akan dominan. Kegelapan hanya ada ketika tidak ada cahaya bukan?
Usia 7 tahun ke atas, boleh secara eksplisit perintah dan larangan bertahap diterangkan dan diteladankan. Di usia ini anak mulai memahami sosialnya, ego sentrisnya sdh mereda, mata dan telinganya sdh berkembang sempurna. Karenanya sholat diperintah pd usia 7 tahun, bukan ssjak dini.
1. bunda Solichati yang baik,
Tergantung usianya. Di bawah 7 tahun, anak belum punya tanggungjawab moral, mereka mempersepsi segalanya dalam bentuk imaji positif dan imaji negatif. Karenanya bunda benar, anak akan mempersepsi negatif tentang Allah bila caranya seperti di atas.
Ketahuilah bahwa selain fitrah2 keimanan, fitrah ksucian dll, maka kebaikan dan keburukan juga Allah ilhamkan dalam diri anak2 kita. Jangan heran bila tiba2 anak kita yang sangat santun, lalu tiba2 berbohong, tiba tiba berbuat hal negatif padahal tdk pernah diajarkan. Jangan kaget gadis kecil balita kita tiba2 minta dipakaikan jilbab, minta diajarkan membaca alQuran dll.
Maka tidak perlu memarahi, mengardik menakut nakuti ketika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik. Bu Elly Risman menganjurkan banyak diam ketika anak berbuat buruk, dan banyak memuji dan bicara baik ketika anak berbuat baik. Ini semata2 agar kita tdk melukai jiwanya. Luka jiwa akan merusak pesepsinya. Rusak persepsi akan menghalangi tumbuhnya fitrah yang baik. Ini lebih buruk dari perbuatan buruknya. Maka fokuslah pd kebaikan2 anak2 kita, maka cahaya kebaikannya akan dominan. Kegelapan hanya ada ketika tidak ada cahaya bukan?
Usia 7 tahun ke atas, boleh secara eksplisit perintah dan larangan bertahap diterangkan dan diteladankan. Di usia ini anak mulai memahami sosialnya, ego sentrisnya sdh mereda, mata dan telinganya sdh berkembang sempurna. Karenanya sholat diperintah pd usia 7 tahun, bukan ssjak dini.
2. Bagaimana cara menjawab pertanyaan dr anak usia 2 tahun/balita : Mi,Allah mana mi? Mi kenapa kok sholat? Allah seperti apa kok nggak bisa dilihat?
-pertanyaan gabungan dr bbrp ibu-
2. bunda bunda yg baik,
Anak usia 0-6 tahun belum memahami hal yg abstrak atau gaib. Mereka hanya memahami yang kongkret walau mereka paham konsep waktu, misalnya kemarin ayah disini duduk sekarang kerja di kantor, ini kue bibi, tapi bibi nya pulang.
Maka mengenalkan Allah selain dengan keteladanan sosok ayah bundanya, juga dengan menjelaskan sesuai perkembangan usianya.
Kalau bertanya, Allah dimana bun?
Jawablah Allah lagi sama kakek di syurga, dia tahu kalau kakak lagi sama bunda
Kalau bertanya, Kok ga kelihatan bun?
Jawablah, Sini tanganmu bunda tiup. Terasa ga anginnya? Kelihatan ga anginnya?
Kalau bertanya siapa yang buat Gunung?
Jawablah Allah, kalau roti ada yang buat, masak gunung ga ada yang buat
Kalau bertanya mengapa sholat
Jawablah bahwa semua alam semesta juga sholat. Burung2 sholat dengan mengepakkan sayapnya petir dengan guruhnya, matahari juga sholat pada Allah dengan terbit tiap pagi dan terbenam tiap petang.
Intinya dekatkanlah yang abstrak dengan yang kongkrit dan terlihat
Dstnya. Ini contoh saja.
2. bunda bunda yg baik,
Anak usia 0-6 tahun belum memahami hal yg abstrak atau gaib. Mereka hanya memahami yang kongkret walau mereka paham konsep waktu, misalnya kemarin ayah disini duduk sekarang kerja di kantor, ini kue bibi, tapi bibi nya pulang.
Maka mengenalkan Allah selain dengan keteladanan sosok ayah bundanya, juga dengan menjelaskan sesuai perkembangan usianya.
Kalau bertanya, Allah dimana bun?
Jawablah Allah lagi sama kakek di syurga, dia tahu kalau kakak lagi sama bunda
Kalau bertanya, Kok ga kelihatan bun?
Jawablah, Sini tanganmu bunda tiup. Terasa ga anginnya? Kelihatan ga anginnya?
Kalau bertanya siapa yang buat Gunung?
Jawablah Allah, kalau roti ada yang buat, masak gunung ga ada yang buat
Kalau bertanya mengapa sholat
Jawablah bahwa semua alam semesta juga sholat. Burung2 sholat dengan mengepakkan sayapnya petir dengan guruhnya, matahari juga sholat pada Allah dengan terbit tiap pagi dan terbenam tiap petang.
Intinya dekatkanlah yang abstrak dengan yang kongkrit dan terlihat
Dstnya. Ini contoh saja.
3. Apakah pendidikan tauhid sudah bisa di ajarkan sejak dalam kandungan?atau begitu dia lahir?bagaimana caranya?apakah sekedar membacakan al quran kah? bagaimana kalau modal agama pas2an/merasa belum cukup.
-gabungan pertanyaan bbrp ibu-
3. bunda2 yang baik,
Secara fitrah tiap anak yang lahir bertauhid. Kita semua pernah bersaksi bahwa Allah adalah Robb. Lihat QS 7:172 , ....bukankah Aku Robb kalian? Ketika itu kita berkata "Benar, kami bersaksi".
Setelah kita lahir di bumi mungkin kita tdk mengingat persaksian ini namun secara fitrah tertanam kuat. Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Wujudullah yang diterjemahkan menjadi Eksistensi Allah mengutip tulisan seorang antropolog yg sdh keliling dunia dan menyaksikan semua suku terpencil dan bangsa2. "...ada suku atau bangsa yang tidak punya perpustakaan, ada bangsa yang tdk punya pasar, ada bangsa yang tidak punya sekolah dsbnya, tetapi tidak ada satu bangsapun yang tidak punya tempat ibadah" artinya setiap manusia mengenal tauhid rubbubiyah, Allah sbg pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pemilik dstnya.
Di ayat lain disebut, jika ditanyakan (kpd kafir Quraisy) siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka menjawab Allah.
Jadi sejak lahir seorang anak sudah memahami tauhid Rububiyatullah. Nah mereka, anak2 dibawah usia 3 tahun have no idea ttg Tuhan, maka ayahbunda nyalah yang dianggap sebagai sosok Robb bagi anak2. Memberi ASI selama 2 tahun pertama adalah pendidikan tauhid tiada tara. Kedekatan, kenyamanan, ketenangan, kelembutan, ketulusan, senyum yg tulus, wajah yg ceria dll terekam kuat dalam benak anak2 bayi yang akan mempengaruhi pensikapannya kelak ttg dirinya, kehidupannya dan Tuhannya dstnya.
Usia 3-6 tauhid ini ditumbuhkan dengan imaji2 atau kesan2 positif, atmosfir keshalihan di rumah, keteladanan yang menyenangkan dstnya. Tauhid tidak perlu diajarkan, dibangkitkan dulu saja. Anak2 yg bangkit tauhidnya, yang cinta Allah akan riang gembira menerima perintahnya kelak di usia 7 tahun ke atas. Anak yang cinta Kitabullah akan membaca dan menghafal alQuran dengan sendirinya.
-gabungan pertanyaan bbrp ibu-
3. bunda2 yang baik,
Secara fitrah tiap anak yang lahir bertauhid. Kita semua pernah bersaksi bahwa Allah adalah Robb. Lihat QS 7:172 , ....bukankah Aku Robb kalian? Ketika itu kita berkata "Benar, kami bersaksi".
Setelah kita lahir di bumi mungkin kita tdk mengingat persaksian ini namun secara fitrah tertanam kuat. Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Wujudullah yang diterjemahkan menjadi Eksistensi Allah mengutip tulisan seorang antropolog yg sdh keliling dunia dan menyaksikan semua suku terpencil dan bangsa2. "...ada suku atau bangsa yang tidak punya perpustakaan, ada bangsa yang tdk punya pasar, ada bangsa yang tidak punya sekolah dsbnya, tetapi tidak ada satu bangsapun yang tidak punya tempat ibadah" artinya setiap manusia mengenal tauhid rubbubiyah, Allah sbg pencipta, pemelihara, pemberi rizki, pemilik dstnya.
Di ayat lain disebut, jika ditanyakan (kpd kafir Quraisy) siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka menjawab Allah.
Jadi sejak lahir seorang anak sudah memahami tauhid Rububiyatullah. Nah mereka, anak2 dibawah usia 3 tahun have no idea ttg Tuhan, maka ayahbunda nyalah yang dianggap sebagai sosok Robb bagi anak2. Memberi ASI selama 2 tahun pertama adalah pendidikan tauhid tiada tara. Kedekatan, kenyamanan, ketenangan, kelembutan, ketulusan, senyum yg tulus, wajah yg ceria dll terekam kuat dalam benak anak2 bayi yang akan mempengaruhi pensikapannya kelak ttg dirinya, kehidupannya dan Tuhannya dstnya.
Usia 3-6 tauhid ini ditumbuhkan dengan imaji2 atau kesan2 positif, atmosfir keshalihan di rumah, keteladanan yang menyenangkan dstnya. Tauhid tidak perlu diajarkan, dibangkitkan dulu saja. Anak2 yg bangkit tauhidnya, yang cinta Allah akan riang gembira menerima perintahnya kelak di usia 7 tahun ke atas. Anak yang cinta Kitabullah akan membaca dan menghafal alQuran dengan sendirinya.
4. mengenai anak sy yg nmr 2 (yg dulu mogok sekolah, alhamdulillah stlh menjalankan nasehat p harry skrg rajin sekolah lg)
permaslahan skrg sholatnya blm mau mengerjakan dgn kesadaran sendiri.padahal umurnya sdh 10 th.. jd hrs selalu disuruh.. bgmn cara menasehatinya?
- bunda isti-
4. bunda Isti yang baik,
Secara syariah seharusnya boleh dipukul (pukulan yg tdk menghinakan spt di kaki), namun sebaiknya jangan sampai terjadi. Apakah kita sdh membangun iklim keshalihan yang menyenangkan di rumah, keteladanan yang mengesankan dstnya. Apakah ada trauma ttg agama atau sholat? Please check.
Jika nampaknya belum berkesan mendalam dan bukan trauma, maka bunda coba ajak homestay beberapa hari atau sepekan ke keluarga sholehah, baik sholeh personal maupun sholeh komunal. InsyaAllah akan berpengaruh besar. Apalagi jika keluarga itu punya bisnis atau profesi sukses yang sesuai bakat ananda.
Keberkesanan dalam dakwah atau pendidikan adalah hal terpenting untuk usia menjelang aqil baligh dan aqilbaligh.
permaslahan skrg sholatnya blm mau mengerjakan dgn kesadaran sendiri.padahal umurnya sdh 10 th.. jd hrs selalu disuruh.. bgmn cara menasehatinya?
- bunda isti-
4. bunda Isti yang baik,
Secara syariah seharusnya boleh dipukul (pukulan yg tdk menghinakan spt di kaki), namun sebaiknya jangan sampai terjadi. Apakah kita sdh membangun iklim keshalihan yang menyenangkan di rumah, keteladanan yang mengesankan dstnya. Apakah ada trauma ttg agama atau sholat? Please check.
Jika nampaknya belum berkesan mendalam dan bukan trauma, maka bunda coba ajak homestay beberapa hari atau sepekan ke keluarga sholehah, baik sholeh personal maupun sholeh komunal. InsyaAllah akan berpengaruh besar. Apalagi jika keluarga itu punya bisnis atau profesi sukses yang sesuai bakat ananda.
Keberkesanan dalam dakwah atau pendidikan adalah hal terpenting untuk usia menjelang aqil baligh dan aqilbaligh.
Tambahan tanya jawab terkait Pengembangan Fitrah Anak:
1. Ayah Kharir,
Kegiatan apa saja yang sangat dianjurkan dilakukan sang ayah bersama ananda yang masih balita?
Sekolah atau pesantren mana yang jadi rujukan he dalam menerapkan pendidikan yang mengembangkan fitrah
1. Umur 0-2 dominan Ibu krn ada kewajjban ASI. Dengan ASI ini saja sudah hampir sepenuh aspek mendidik. Ayah tentu bukan tdk berperan, wajah ayah yang bijak dan maskulin akan memberikan kenyamanan yang berbeda pada anak 0-2 tahun. Usia 3 - 6 tentu bersama2 mendidiknya. Pada usia ini intinya anak memerlukan kedekatan yang penuh, imaji2 positif yang baik ttg Allah Rasul Ibadah dll dengan atmosfir kebaikan di rumah dan keteladanan, mereka memerlukan udara segar dan bersih ekslorasi di alam utk fitrah belajarnya, bahasa ibu yang intens dstnya. Hindari penjejalan kognitir pd fae ini. Pahami fase perkembangan pada tahap ini maka akan tahu harus bagaimana. Buat mereka cinta dan ridha pada kebaikan maka mereka akan menjalaninya tanpa diminta.
2. Bunda Ike
Bagaimana pentahapan pengenalan Allah di masa balita, juga tentang hal2 lain yang ghoib
Bagaimana pentahapan pengenalan Allah di masa balita, juga tentang hal2 lain yang ghoib
2. Anak usia 0-6 tahun belum memahami hal yg abstrak atau gaib. Mereka memahami yang kongkret walau mereka paham konsep waktu, misalnya kemarin ayah disini duduk sekarang kerja di kantor, ini kue bibi, tapi bibi nya pulang.
Maka mengenalkan Allah selain dengan keteladanan sosok ayah bundanya, juga dengan menjelaskan sesuai tahapannya.
Kalau bertanya, Allah dimana bun?
Jawablah Allah lagi sama kakek di syurga, dia tahu kalau kakak lagi sama bunda
Kalau bertanya, Kok ga kelihatan bun?
Jawablah, Sini tanganmu bunda tiup. Terasa ga anginnya? Kelihatan ga anginnya?
Kalau bertanya siapa yang buat Gunung?
Jawablah Allah, kalau roti ada yang buat, masak gunung ga ada yang buat
Dstnya. Ini contoh saja.
Maka mengenalkan Allah selain dengan keteladanan sosok ayah bundanya, juga dengan menjelaskan sesuai tahapannya.
Kalau bertanya, Allah dimana bun?
Jawablah Allah lagi sama kakek di syurga, dia tahu kalau kakak lagi sama bunda
Kalau bertanya, Kok ga kelihatan bun?
Jawablah, Sini tanganmu bunda tiup. Terasa ga anginnya? Kelihatan ga anginnya?
Kalau bertanya siapa yang buat Gunung?
Jawablah Allah, kalau roti ada yang buat, masak gunung ga ada yang buat
Dstnya. Ini contoh saja.
3. bunda Nurul,
Pak Harry bisa memberikan contoh aplikasi untuk materi BBA anak usia 3y dan berapa lama sebaik nya anak belajar di alam? terima kasih
Pak Harry bisa memberikan contoh aplikasi untuk materi BBA anak usia 3y dan berapa lama sebaik nya anak belajar di alam? terima kasih
3. Belajar bersama alam, ada 3 macam, yaitu menjadikan alam sebagai ruang belajar (belajar di alam), obyek belajar (sains) dan media belajar (resources atau alat). Rasulullah saw banyak belajar bersama alam sejak 0-6, baik alam dalam makna benar2 di alam real, spt bermain alam pedesaan, naik bukit, menggembala kambing dll. Jika kita di perkotaan saat ini bisa diganti dengan yg paling ringan yaitu berkebun sederhana, memelihara hewan, interview tukang sayur, ke taman dekat rumah dll atau yang lebih kompleks misalnya memasak bersama, ke museum, pasar, ke stasiun kereta, ke bandara ke kantor layanan publik dll. BBA nya tergantung kita, misalnya ke kebun binatang, apakah mau menjadikan kebun binatang sbg ruang belajar, obyek belajar atau media belajar .
Setelah usia 7 tahun, mulai kombinasi dengan belajar bersama alam dalam makna peng"alam"an lokalitas dan masyarakat. BBA lebih kpd keterampilan2 hidup alam utk leadership dll. Kepanduan sangat baik.
BBA adalah pendekatan belajar terbaik dan sangat berkesan, membangun imaji positif dan dalam banyak riset dan realita terbukti sangat menyehatkan jiwa dan raga, selain umumnya murah dan mudah.
Setelah usia 7 tahun, mulai kombinasi dengan belajar bersama alam dalam makna peng"alam"an lokalitas dan masyarakat. BBA lebih kpd keterampilan2 hidup alam utk leadership dll. Kepanduan sangat baik.
BBA adalah pendekatan belajar terbaik dan sangat berkesan, membangun imaji positif dan dalam banyak riset dan realita terbukti sangat menyehatkan jiwa dan raga, selain umumnya murah dan mudah.
4. Bunda NN,
1. Bisakah HE itu dilaksanakan dgn kondisi orang tua yg LDR, dan ibu bekerja?
1. Bisakah HE itu dilaksanakan dgn kondisi orang tua yg LDR, dan ibu bekerja?
2. Bagaimana memotivasi diri kita sbg orang tua yg mlaksakan HE..agar konsisten dan konsekuen? Maturnuwun
4. Jawaban 1. HE menjadikan rumah sebagai based pendidikan, agar orangtua bisa menjalankan perannya lebih signifikan dan bermakna. Secara syarat kedekatan fisik adalah mutlak, secara metode sbnrnya lebih sederhana, yaitu tidak membawa pengajaran teknis ke rumah, namun fokus pd membangun suasana dan atmosfer kebaikan dan keteladanan di rumah utk fitrah keimanannya, memberi banyak idea dan inspirasi utk fitrah belajarnya dan memberi kesempatan seluasnya utk wawasan aktifitas serta konsisten dan disiplin yg menyenangkan kpd fitrah bakatnya.
2. HE adalah kewajiban bukan pilihan, maka menjaga konsistensinya sangat terkait erat dengan aspek ruhiyah (keyakinan peran dan eksistensi fitrah) dan aspek fikrah (idea gagasan yang mengkristal). Konsekuensi adalah keniscayaan dari sebuah pilihan, maka setiap pilihan punya konsekuensi. Konsekuensi terberat dari meninggalkan amanah menjaga fitrah adalah jika anak2 kita kehilangan fitrahnya.
2. HE adalah kewajiban bukan pilihan, maka menjaga konsistensinya sangat terkait erat dengan aspek ruhiyah (keyakinan peran dan eksistensi fitrah) dan aspek fikrah (idea gagasan yang mengkristal). Konsekuensi adalah keniscayaan dari sebuah pilihan, maka setiap pilihan punya konsekuensi. Konsekuensi terberat dari meninggalkan amanah menjaga fitrah adalah jika anak2 kita kehilangan fitrahnya.
5. bunda Rima,
Sy pengen nanya secara praktek HE itu bagaimana? Apakah menggunakan kurikulum kah? Atau bagaimana?
Patokan apa yg kita kita gunakan sbg pengukur keberhasilan HE?
Sy pengen nanya secara praktek HE itu bagaimana? Apakah menggunakan kurikulum kah? Atau bagaimana?
Patokan apa yg kita kita gunakan sbg pengukur keberhasilan HE?
5. Kami menyebut kurikulum dengan framework operasional, yang akan menjadi panduan setiap keluarga untuk menjalankan HE pada 3 area fitrah sesuai fitrah tahapan usia pertumbuhannya. Tidak ada kurikulum standar, krn tiap anak dan tiap keluarga unik, maka kita harus membuatnya sendiri dengan mengkontekskan keunikan keluarga, daerah masing2 dan kunikan anak. Saya akan kirim frameworknya.
6. bunda Wiwit,
Untuk proses akil baligh anak, adakah perbedaan dalam proses mendidik antara ayah dan ibu? misal peran ayah hanya untuk anak laki2, ibu hanya untuk perempuan dalam hal misalnya psikologi dan sex edu, atau hal lainnya yg berkaitan dg proses akil baligh?
Untuk proses akil baligh anak, adakah perbedaan dalam proses mendidik antara ayah dan ibu? misal peran ayah hanya untuk anak laki2, ibu hanya untuk perempuan dalam hal misalnya psikologi dan sex edu, atau hal lainnya yg berkaitan dg proses akil baligh?
6. Usia 0-2 thn anak dominan berada pada ibunya, usia 3- 6 thn anak perempuan ke ibu dan anak lelaki ke ayah. Usia 7 - 12 tahun (pre aqil baligh) dibalik, anak perempuan ke ayah, anak lelaki ke ibu. Pada usia ini anak sangat membutuhkan terpenuhinya kasih sayang dari sosok lawan jenis. Anak lelaki yang tdk "dekat" dengan ibunya pd usia ini cenderung melecehkan wanita, mencari kasihsayang dgn wanita di luar rumah (berpacaran) dstnya. Begitupula anak wanita yang tdk dekat dengan ayahnya, akan mudah menyerahkan tubuhnya pd lelaki yang bukan haknya.
Usia 13-15 dibalik lagi, anak lelaki ke ayah sebagai sosok keteladanan sosial, business dan memikul beban syariah. Anak perempuan ke ibu. Ayah dan ibu menjelaskan secara terbuka dari sisi ilmiah (fase pembuahan dan janin, aspek kesehatan) dan sisi syariah (mandi wajib, wajib syariah dll) ttg sex agar anak mendapat informasi pertama.
7. bunda Ita,
Ini tentang paud yg dibhs diawal td... klo ngelihat potret masyarakat skrng dimana ortu yg msh awam blm tau konsep parenting yg benar pun jg lingkungan yg sangat hedon, mungkin mnurut sy kehadiran paud semacam itu, bs meminimalisir efek negatif dr fenomena td yg sy sebutkn. Naah kira2 kalaupun ttp ada paud bgtu... bgm mewujudkn paud yg bs ttp memback up fitrah anak2 gt...krn fenomena skrng bnyk ibu bekerja yg berpikir dr pd dirumah dididik pmbantu, akn lbh baik jika dititipkn di paud ato tpa semacamnnya ... prtanyaan ini mewakili bbrp keluh kesah dr teman sy... semoga dpt pencerahan dr Pak Harry.jazakumulloh sblmnya
Ini tentang paud yg dibhs diawal td... klo ngelihat potret masyarakat skrng dimana ortu yg msh awam blm tau konsep parenting yg benar pun jg lingkungan yg sangat hedon, mungkin mnurut sy kehadiran paud semacam itu, bs meminimalisir efek negatif dr fenomena td yg sy sebutkn. Naah kira2 kalaupun ttp ada paud bgtu... bgm mewujudkn paud yg bs ttp memback up fitrah anak2 gt...krn fenomena skrng bnyk ibu bekerja yg berpikir dr pd dirumah dididik pmbantu, akn lbh baik jika dititipkn di paud ato tpa semacamnnya ... prtanyaan ini mewakili bbrp keluh kesah dr teman sy... semoga dpt pencerahan dr Pak Harry.jazakumulloh sblmnya
7. PAUD dalam beberapa segi memang bisa menjadi solusi darurat bagi para ibu yang bekerja, namun dengan beberapa catatan penting
1. Umumnya PAUD hari ini berubah menjadi SAUD, yaitu sekolah anak usia dini. Pendidikan berbeda jauh dengan persekolahan. SAUD ini hanya menitik beratkan pada calistung. Pdhl calistung tidak dibenarkan pada usia 0-6 tahun.
2. Guru2 PAUD menggunakan kurikulum pemerintah sehingga terjebak kepada formalitas belajar. Ini berpotensi merusak semua aspek fitrah anak anak kita. Idealnya kalaupun ada PAUD maka para ayahbunda nya dalam komunitas bergantian menitipkan anak secara berjamaah.
3. Guru PAUD bingung bila tidak mengajarkan calistung lantas apa. Padahal ada banyak hal yang dilakukan selain calistung, seperti outing ke museum, berkebun, memelihara ternak, menceritakan kisah2 kepahlawanan baik dalam alQuran maupun karya sastra lainnya.
2. Guru2 PAUD menggunakan kurikulum pemerintah sehingga terjebak kepada formalitas belajar. Ini berpotensi merusak semua aspek fitrah anak anak kita. Idealnya kalaupun ada PAUD maka para ayahbunda nya dalam komunitas bergantian menitipkan anak secara berjamaah.
3. Guru PAUD bingung bila tidak mengajarkan calistung lantas apa. Padahal ada banyak hal yang dilakukan selain calistung, seperti outing ke museum, berkebun, memelihara ternak, menceritakan kisah2 kepahlawanan baik dalam alQuran maupun karya sastra lainnya.
8. bunda Nurul,
Selain mengajarkan akhlak dan adab,apa yg harus diajarkan oleh ayah ke anak2 dan ibu ke anak2,mengingat ayah waktunya lbh byk dihabiskan di luar utk bekerja?
Selain mengajarkan akhlak dan adab,apa yg harus diajarkan oleh ayah ke anak2 dan ibu ke anak2,mengingat ayah waktunya lbh byk dihabiskan di luar utk bekerja?
8. Berhentilah menggunakan kata "mengajarkan", karena pendidikan adalah membangkitkan fitrah. Jika anak sudah suka pada kitabullah maka dia akan mendalami dan menjalankannya selamanya. Jika anak sudah suka belajar dan suka buku, maka dia akan belajar selamanya. Jika anak sudah mengenal dan menyukai bakat dirinya dengan baik, maka dia akan menjalankan perannya sampainakhir hayatnya. Maka baik bekerja atau tidak, anak bersekolah atau tidak maka tugas kita adalah memastikan semua fitrahnya bangkit. Gunakan waktu yang ada dan berbagai kesempatan untuk membangkitkan gairah fitrah anak anak kita.
9. bunda NN,
Bagaimana pengalaman ustadz Harry selama menjalankan HE? Kemudian putra-putri bapak skrng bagamana setelah menjalankan HE? Maturnuwun.
Bagaimana pengalaman ustadz Harry selama menjalankan HE? Kemudian putra-putri bapak skrng bagamana setelah menjalankan HE? Maturnuwun.
9. Bagi saya, anak2 saya sudah sukses ketika fitrahnya sudah bangkit, tak penting mereka menjadi apa. Mereka akan menjalani peran yang telah digariskan Allah swt, tugas kita hanyalah menemani, memfasilitasi, memberi arahan yang sesuai dan menjadi rekan kerjanya setelah aqillbaligh. Semua anak saya tidak bersekolah formal, mereka hanya fokus pd bakat dan akhlak. Kami rileks dan optimis saja, syukur dan shabar, jangan obsesif dan dominan, bangga dan ridha thd sekecil apapun kebaikan mereka.
Yang pertama, mendalami fotografi dan design di Perancis, setelah sebelum magang di beberapa kawan dan perusahaan sejak tamat SD. Yang kedua sibuk orkestra dan magang dengan maestro musik. Yang ketiga magang design interior di beberapa tempat, usianya 13 tahun, yang keempat magang kuliner dan menari, usianya 10 tahun. Yang kelima masih di bawah 2 tahun. Untuk akhlaknya saya dan istri turun tangan langsung, dan kami memberi mereka pendamping akhlak atau murobby sejak usia 11 tahun.
Namun saya dahulu, 20 tahun lalu, adalah orang tua yang obsesif, bermimpi anaknya jenius semua, unggul dalam semua hal. Dahulu saya sering menggegas anak saya baik dalam hafalan alQuran maupun akademik. Belakangan, 15 tahun kesini, saya baru tahu dan menyesal bahwa pendidikan bukanlah pengajaran dan penjejalan, tetapi membangkitkan fitrah. Sejujurnya anak pertama dan kedua adalah anak coba2, karenanya saya sering meminta maaf pada mereka.
Nah apa2 yang salah pada saya tidak perlu diulang lagi dan apa2 yang baik dari saya dan teman2 saya lainnya maka saya riset dan strukturkan menjadi pendidikan berbasis potensi fitrah. ✅
Yang pertama, mendalami fotografi dan design di Perancis, setelah sebelum magang di beberapa kawan dan perusahaan sejak tamat SD. Yang kedua sibuk orkestra dan magang dengan maestro musik. Yang ketiga magang design interior di beberapa tempat, usianya 13 tahun, yang keempat magang kuliner dan menari, usianya 10 tahun. Yang kelima masih di bawah 2 tahun. Untuk akhlaknya saya dan istri turun tangan langsung, dan kami memberi mereka pendamping akhlak atau murobby sejak usia 11 tahun.
Namun saya dahulu, 20 tahun lalu, adalah orang tua yang obsesif, bermimpi anaknya jenius semua, unggul dalam semua hal. Dahulu saya sering menggegas anak saya baik dalam hafalan alQuran maupun akademik. Belakangan, 15 tahun kesini, saya baru tahu dan menyesal bahwa pendidikan bukanlah pengajaran dan penjejalan, tetapi membangkitkan fitrah. Sejujurnya anak pertama dan kedua adalah anak coba2, karenanya saya sering meminta maaf pada mereka.
Nah apa2 yang salah pada saya tidak perlu diulang lagi dan apa2 yang baik dari saya dan teman2 saya lainnya maka saya riset dan strukturkan menjadi pendidikan berbasis potensi fitrah. ✅
No comments:
Post a Comment