Monday, November 2, 2015

Belajar dari Doa Rasullah

“Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadu kelemahan diriku, sedikitnya upayaku serta hinanya diriku di hadapan manusia. Wahai Dzat Yang Paling Pengasih di antara para pengasih… Engkau adalah Rabb orang-orang yang lemah, Engkaulah Rabbku, kepada siapa lagi Engkau menyerahkan diriku? Apakah kepada orang yang jauh tapi bermuka masam terhadapku? Atau kepada musuh yang telah menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak ambil peduli.
Akan tetapi, ampunan yang Engkau anugerahkan adalah lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan perantaraan cahaya wajah-Mu yang menyinari segenap kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik agar Engkau tidak turunkan murka-Mu kepadaku atau kebencian-Mu melanda diriku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau menjadi ridha. Tidak ada daya serta kemampuan melainkan pekenan-Mu”

(Doa Rasulullah saat diliputi rasa duka dan sedih terhadap sikap keras yang dialaminya di Thaif)
Adapun hadits Bukhari yang meriwayatkan dimana setelah kejadian tersebut Jibril menemui Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mendengarkan ucapan kaummu kepadamu dan reaksi mereka terhadapmu. Allah telah mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan kepadanya sesuai keinginanmu terhadap mereka.”

Malaikat penjaga gunung tersebut memanggil nabi sembari memberi salam kepada beliau, dan berkata, “ Wahai Muhammad, hal itu terserah padamu; jika engkau menginginkan  aku meratakan mereka dengan Al-Akhsyabain, maka akan aku lakukan.” Nabi menjawab, “Bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”

Sosok mulia, Rasulullah saw sungguh-sungguh menggugah, unik, memberikan jawaban yang menggambarkan kepribadian dan akhlak beliau yang agung. Dengan keadaan yang teramat sedih dan berat dengan penolakan kaum Tha’if dengan dakwah beliau, lantas apa yang dilakukan sosok mulia ini?

1.       Bersabar dan tabah dengan ketabahan tiada dua
2.       Mengadu kepada Allah swt tanpa menyalahkan mad’u (yang diajak) tetapi menyebutkan kelemahan diri.
3.       Tidak peduli dengan apapun yang penting Allah meridhai (tidak murka)
4.       Masih tetap memohon ampunan kepada Allah, padahal beliau ma’shum dan dalam hal ini, kesalahan bukan berada pada beliau yang mengajak masyarakat Tha’if untuk menyembah Allah, bahkan kebenaranlah yang disampaikan.
5.       Bahkan, saat beliau diberi kesempatan melalui Malaikat Jibril dan Malaikat penjaga gunung, untuk membalas perlakuan masyarakat Tha’if tersebut, Rasulullah bahkan mendoakan yang paling baik untuk mereka, berharap keturunan mereka menjadi manusia beriman.

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad…

Melalui teladan akhlak yang beliau contohkan, dalam mendidik anak, poin-poin ini sangat baik untuk para pendidik khususnya orangtua juga mengikuti sikap-sikap mulia beliau, meski belum bisa semuanya, minimal kita mulai mencicil satu persatu agar menjadi orang tua yang:

1.       Mempunyai stok sabar yang banyak.
2.       Memperbanyak doa kepada Allah swt karena masih kurangnya upaya dan kelemahan diri dalam mendidik.
3.       Selama Allah swt tidak murka maka lakukanlah yang terbaik dari yang kita mampu.
4.       Senantiasa memohon ampun kepada Allah untuk diri kita (selaku orangtua) dalam kesalahan mendidik dan meminta pertolongan Allah agar urusan dunia akhirat kita menjadi baik.
5.       Memaafkan kesalahan anak-anak (yang sejatinya karena mereka masih anak-anak), dan tetap senantiasa mendoakan yang terbaik untuk anak-anak kita agar menjadi hamba yang beriman dan shaleh.

Ya Rabbi… bimbinglah kami untuk bisa mengikuti sunnah-sunnah Nabi-Mu…
Terkenang nasyid jaman kuliah dulu… J
Hatinya suci mulia
Pribadinya agung tak bernoda
Penghuni langit dan bumi cinta kepadanya
Karena ia kekasih Tuhannya
                Musuh pun tak kuasa membencinya
                Jasad mereka menentang, namun hati mereka
Mengakui keagungan pribadinya
Karena akhlaknya begitu indah
Seindah keindahan yang terindah
Cinta kepada umatnya, jangan ditanya
Sedalam perasaan, setinggi lamunan
Secerah bebintang yang bertebaran di alam raya
Tiada berbalas apalagi terbalas
Itulah cintanya
                Ketika perihnya sakaratul maut kau rasa
                Saat itupun engkau masih ungkapkan cinta
Ummatii, Ummatii, Ummatii…
Kau masih teringat akan kami, umatmu
Namun kami selalu melupakanmu
Oh, sungguh mulianya hatinya
Oh, sungguh indahnya cintamu
                Wahai saudaraku, pantaskah kita selalu melupakannya
                Karena tanpanya hidup kita hanyalah kehinaan
                Karena tanpanya hidup kita hanyalah kegelapan
                Karena tanpanya kita takkan pernah mengenal Allah yang Esa.
(Maidany: Cinta Seorang Kekasih).

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad…

G.R. Parahyangan, 10 Mhrm 1437/23 Okt 2015

                

No comments: