Monday, November 2, 2015

Yang Terbaik

Dari Ibnu Abbas ra, menceritakan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya
"Wahai Rasulullah manakah diantara kami kawan-kawan kami yang terbaik”
Beliau menjawab:
1. Seseorang yang dengan melihatnya mengingatkan kalian kepada Allah
2. Dengan perkataannya bertambah amal kebaikan kalian dan
3. Amal-amalnya mengingatkan kalian kepada Akhirat
(HR Abu Ya'la)

Ya, menemukan teman terbaik -yang kita kenal dengan sebutan orang shaleh- dengan 3 ciri tersebut di atas akan membuat kita beruntung, di dunia dan di akhirat. Di dunia akan hidup dengan hati tenang, karena ada yang mengingatkan kita kepada Allah, hanya dengan melihatnya, menambah amal kebaikan kita, hanya karena diskusi dengannya, dan akan mengingatkan kita pada Akhirat, dengan amalan-amalannya. Kelak di akhirat, semoga Allah mengumpulkan kita bersama orang-orang shaleh tersebut, jika kita mengikuti dan membersamai mereka, bahkan jika sampai saling mencintai karena-Nya.Tulisan hari ini bukan penjelasan tentang teman terbaik, tapi lebih kepada kecenderungan saya mengaitkannya dengan keadaan diri.

Kalau teman terbaik adalah 3 ciri tersebut, maka kalau kita ingin jd orangtua terbaik adalah berusaha menjadi:

1.       Orangtua yang saat dilihat anak-anak, menjadikan mereka mengingat Allah,
2.       Orangtua yang saat berkata-kata atau diskusi dengan anak, menjadikan anak bertambah amal kebaikannya
3.       Orangtua yang saat kita beramal, membuat anak-anak menjadi ingat kepada Akhirat.

Hm… Indah sekali, dan terasa mudah memindahkan teorinya, tapi prakteknya menjadi PR besar untuk saya selaku orangtua. Bahkan saat ingin membuat kegiatan dengan anak-anak pun, kita harus mencari kiat mengarahkan anak-anak kepada hal tersebut, bisa dengan berdoa, belajar bersyukur, belajar sabar dalam berkegiatan bersama mereka. Tambahan PR besar selanjutnya, yang sebetulnya PRnya akan terasa lebih mudah jika teladan dari kita sudah sesuai dengan syariat Islam, ditambah dengan meminta pertolongan dari Allah swt.

Begitu juga dengan bacaan-bacaan atau buku yang membuat ingatan kepada Allah menjadi lebih banyak dari sebelumnya, dari diskusi-diskusi dalam kajian atau grup online yang menjadikan amal kebaikan bertambah, dan dari amalan-amalan orang lain yang membuat akhirat mulai menjadi ingatan, tentu ini juga merupakan hal-hal terbaik yang jika sudah didapat sebaiknya langsung ditangkap.

Ya, terkadang iman yang lemah jualah yang membuat diri ini tidak mudah tergerak dengan amalan yang menguatkan keimanan. Sungguh, iman di dalam hati, Allah yang Maha Mengetahui, namun wujud ketaqwaan akan tercermin dalam ucapan dan perbuatan T_T

Kadang saya sempat berpikir, bagaimana bisa hal-hal yang seperti ini mulai menghujam dan tertanamnya di hati baru sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun belajar Islam, tapi masih tercari-cari mengenai indahnya Islam, yang sejatinya Islam itu memang indah. Allahummaghfirlii… Yang jawabannya, bisa jadi karena yang saya kuatkan selama ini masih sebatas ilmu dan pengetahuan, tapi belum menambahkan keimanan.

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hablanaa min ladunka Rahmah, innaka antal Wahhab… (Ya tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi Karunia).

Allahumma inna nas'aluka 'ilman nafi'an, wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan. (Ya Allah, sungguh kami mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, baik, dan luas, serta amal perbuatan yang diterima)

Rabbanaa zalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakunannaa minal khasiriin. (Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi).
Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqinaa ‘adzaabannaar…


G.R. Parahyangan, 9 Mhrm 1437 H/22 Okt 2015

No comments: