Saat ini permainan total itu tengah berjalan, dalam pencapaian usaha kebahagiaan hati dan jiwaku. Ya, sekedar menjadikannya jembatan untuk bekalku ke kehidupan yang kekal. Kuputuskan bahwa aku memiliki keyakinan dan kekuatan diri. Aku percaya, aku yakin, dan aku beriman bahwa cahaya Allah akan menerangi perjalananku saat ini, nanti, dan selamanya. Semua ini akan mengalir dalam niatku, keputusanku, pikiranku serta dalam semua tindakanku.
Aku tak melangkah sendiri dengan usahaku, namun doaku pada-Mu, selalu Kau jawab dengan firman-Mu: “… Aku dekat… Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon pada-Ku” (Al-Baqarah:186). Inilah yang kutempuh saat ini. Ketika ku disapa kesulitan, Engkau kembali menyeruku: “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan,” dan Kau kuatkan kembali “sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah 5-6) yang membuatku kembali bergairah, bangkit dan melangkah… bahkan mencoba melompat lebih tinggi (kaya’ lagu aja… )
Allah… malam ini… Dengan segenap hati, jiwa dan rasa kusandarkan pada-Mu. Kau-lah tempat yang tepat, tiada ketenangan lain selain pada-Mu. Kan kubiarkan waktu bertingkah semaunya sedangkan aku akan mainkan peranku sesuai jalur yang Kau tetapkan.
Esok hari adalah perjalanan hidup dengan permainan yang pertama. Hm… Sebenarnya bukan yang pertama tapi sudah yang kesekian kalinya, hanya saja belum bisa kuanggap permainan. Tapi ketika mengingat Kalam indah-Mu, baru ku sadar bahwa semua akan tetap berjalan di bawah kuasa-Mu, sedang aku adalah salah satu pemerannya. Ya Allah… semoga aku bisa menjalani sesuai scenario yang Kau ridha dan aku pun senang menjalaninya. Aku tersenyum kembali, mengingat bahwa aku bisa menyelesaikannya dengan baik, dengan bantuan-Mu. Aku bisa selesaikan kerjaku dan menjawab soal ujian yang akan kutemui esok harinya dengan baik dan tenang. Lalu aku bisa menyelesaikan amanah dosen yang sudah banyak membantuku.
Ya, kegiatanku padat. Banyak waktu yang akan kuselami, di sana aku akan tenggelam dengan kesibukan itu tanpa lupa bahwa Engkau selalu di sisiku. Mendengar kata hatiku, melihat perbuatanku dan mengetahui semua aktifitasku zahir dan batin. Aku minta ampun ya Allah, atas kesalahan dan kekhilafanku. Mohon terima taubatku dalam keterlaluan dan kelalaianku pada-Mu. Mohon… Ampuni aku…
Tak ada yang mustahil bagi-Mu, karena itu izinkan hamba untuk tetap berharap dengan damba segala damba pada-Mu. Allah… alhamdulillahirabbil ‘alamiin ‘ala kulli haalin wa ni’mah… selalu saja dengan cepat Kau menjawab pertanyaanku, meleraikan keluh kesahku, menghibur sedihku, dan mengurangi takutku. Kenapa kesadaran itu selalu muncul di akhir? Padahal sadar itu sudah lama ada, tapi kenapa sulit untuk menyadari? Allah… Semuanya hanya ada pada-Mu. Sungguh… Hanya ada pada-Mu…
Kuhibur diriku dengan mengingat-Mu, meski saat ini masih jauh aku dari apa yang Engkau minta. Allah… biarkanlah hati ini menyeru-Mu… meski hamba masih tak layak… Mohon perkenankan hamba menjadi hamba-Mu yang sebenarnya. Yang bisa menjalani hidup ini dengan baik, jiwa yang tentram lagi bermanfaat bagi manusia dan menghamba pada-Mu, juga menjadi ummat yang sejati bagi Rasul-Mu… Yang tidak ada ketakutan dan tidak pula bersedih hati dengan semua yang telah Engkau tetapkan. Karena itu semua hanya ada dari-Mu, tiada yang lain.
Hentian, 21 April 2008
Sudut kamar yang sunyi
No comments:
Post a Comment