Thursday, December 25, 2008

RenuNGan UntUk MiLAd-ku




Detik-detik terus mengalir menuju menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Saat termangu memandang kehidupan, menatap kembali masa lalu. 22 tahun telah kulalui dengan beragam rasa; manis, pahit, asin dan tawarnya dunia. Terkenang kembali semua masa indah itu, sehingga dua sudut bibirku sempat menyunggingkan senyum. Terbayang kebahagiaan yang telah kukecap selama di dunia ini. Namun tak lama, bayangan hari-hari lalu itu berganti. Seolah slide itu ditukar dengan gambaran kesedihan yang sempat kulalui dalam 22 tahun hidupku. Beberapa butir air mata pun menetes di sudut mata. Ini membuat hatiku berbisik,
“Ya Allah… inikah kehidupan itu? Masih kuingat firman-Mu yang menyatakan bahwa Kau ciptakan jin dan manusia untuk mengabdi pada-Mu. Sudahkah aku mengabdi? Belum… Lalu Kau sebutkan juga bahwa Kau ciptakan manusia untuk melihat siapa di antara manusia itu yang paling baik amalnya, siapa yang paling taqwa. Apakah aku termasuk pada golongan itu?”

Kilas balik hidupku, sudah 10 tahun mengecap pendidikan di Madrasah, Institut agama Islam, pengkhususan pada Kajian Islam yang berakar pada sumber-sumber bahasa Arab. Juga 3 tahun waktu sekolah juga sempat masuk Tempat Pengajian al-Quran (TPA) di kampung, yang notabenenya juga dengan agama Islam. Sebut saja secara formalnya sudah 13 tahun kugeluti yang namanya Islam, tapi amat kusayangkan tentang amalan dan kontribusiku yang masih belum apa-apa untuk Islam.

Banyak yang menganggap keberhasilanku itu merupakan sebuah kesuksesan dan kebahagiaan, benarkah demikian? Kukembalikan pertanyaan itu ke lubuk jiwaku. Apakah aku berhasil? Berhasil dimana? Sekolah? Kampus? Bergunakah? Bagi diriku sendiri? Atau orang lain? Hmmmmpfff… kembali kurujuk Firman Allah yang masih melekat di benakku apakah aku sudah mengabdi pada-Nya dengan keberhasilan itu? Apakah aku sudah menjadi yang paling baik amalnya? Apa hubungannya semua itu dengan keberhasilanku? Belum ada. Karena aku belum memberikan manfaat apa-apa untuk orang lain, sebab Rasul menyatakan bahwa yang paling baik di dunia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.

Aku? Selama ini hanya mengurus diriku sendiri, sibuk dengan buku dan tugas-tugas dengan alasan menuntut ilmu. Belum sempat menatap baik pada lingkungan di luar sana. Bagaimana mungkin aku akan mengabdi pada-Nya tanpa bermuamalah dengan manusia lain? Bagaimana mungkin aku akan menjadi paling baik padahal aku belum memberi manfaat apa-apa pada manusia, teman-temanku dan keluargaku? Bilakah aku bisa mencapainya?

Beberapa jenak kucoba merancang kehidupanku untuk masa mendatang, sebut saja untuk sebuah kehidupan yang lebih baik dan lebih bermanfaat dari biasanya. Sudah, sempat kuimpikan beberapa kebahagiaan kelak, insyaallah. Namun, tanpa lupa diri ini mengingat bahwa manusia hanya mampu berencana. Allah jua yang berkehendak atas apa yang Dia tetapkan atas diri ini.

Setelah semua kurancang dengan baik –dalam pandanganku- , tak disangka sebuah berita membuatku harus merubah segala rancangan itu dengan yang baru. Menghapus impian yang lalu dengan impian lain yang berbeda dari biasanya dan menata kembali dengan lebih baik serta lebih rapi lagi, setelah hatiku sempat patah karena harapan yang lalu mulai berguguran. Agar tak mengecewakan kelak, kutata kembali serpihan hati yang berserak dengan harapan baru. Kurapikan kembali dengan sebaik-baiknya dan hati-hati, semoga bisa membaik.

Menuju tahun ke 23 usiaku, dengan rancangan baru. Akan menapaki hidup yang berbeda dari biasanya, akan menjalani aktifitas dengan rasa yang tak sama dengan 22 tahun lalu, dengan impian yang berbeda dengan impian lalu. Bahkan dengan doa yang berbeda dari doa yang lalu sempat kulantunkan dalam bait munajatku walau muara itu semua tetap sama yaitu Engkau ridha.

Akhirnya aku kembali mengingat kewajiban utamaku saat ini, mengabdi pada-Nya melalui amal-amal dunia. Tak hanya satu kewajiban tapi banyak… Betul kata Pak Hasan al-Banna : al-wajibaatu aktsaru minal awqaat (kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang ada), jadi harus diatur sedemikian rupa agar terlaksana tugas dan kewajiban itu.

Kewajiban pertama sebagai hamba-Nya; jelas dan nyata adalah ibadahku yang harus kuperbaiki dan kutingkatkan untuk sisa umur mendatang. Ibadah wajib, sunat, dan beramal shaleh, jadi anak yang ramah, baik hati, tidak sombong, rajin menabung (ops… sudah seperti pameo waktu di sekolahku, si Amelia gadis cilik nan baik hati ramah nian… :))

Kewajiban kedua; Karena sampai detik ini masih berstatus lajang yang belajar, maka yang teringat lagi adalah proposal tesisku, yang masih belum bergerak sedikitpun dari tempatnya (otakku). Sedikit masalah sempat membuat aliran darah di kepalaku agak tersendat, mungkin karena ada tumpukan pikiran jadi agak terbebani. Mudah-mudahan setelah ini makin encer nih otak buat menuangkan hasil penelitian ke dalam sebuah tesis yang berguna. Amien allahumma amiien…

Kewajiban ketiga; membahagiakan mama dan membantu keluarga. Ini sebenernya rancangan tahun depan kalo udah wisuda, dapet kerja ato berpenghasilan, semoga Allah memudahkan… dan mama bahagia dunia akhirat amiiin…. Dan ayah bahagia di “sana” dan akhirat… Allahummaghfirlahu warhamhu…

Kewajiban keempat; ini masih rancangan buat tahun 2010, belajar menjadi istri yang baik dan shalehah kalo sudah menikah (he he he ) bagi suami dan keluarga. Bercanda ding…. (tapi tetep jadi doa). ;))

Kewajiban kelima; wah… ini sebenarnya bukan yang terakhir. Mestinya di awal-awal , karena masih terkait dengan pengabdian sama Allah SWT. Tapi ini semua adalah inti segalanya untuk pengabdianku pada-Nya. Memberi manfaat bagi siapa saja dengan beramar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran) dan tidak berhasil sendiri (terutama bagi keluarga). Tapi bisa berbuat baik pada semua dan sesama. Amiin Allahumma Amiiin (Rabb… mohon kabulkan… ini harapan terbesar setiap hamba kepada-Mu termasuk diri yang hina ini).

Penawar hatiku:
Ada yang mengatakan: “Kamu akan selalu tetap berharga, bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain dan kau tetap sama dimata Allah SWT. Dia, Tuhanmu, akan berlari mendekatimu, jika kau berjalan menuju-Nya. Aku pun sahabatmu akan melakukan hal yang sama, karena fithrah setiap diri kita akan mulia jika mencoba mendekati sifat2 Tuhan kita. Disanalah nilai dirimu berada.”
Kata lain di sudut hatiku: “Yang patut bersedih adalah orang yang tidak memperoleh ridha Allah atau dia durhaka kepada ibu-bapaknya. Dan aku berharap Allah meridhaiku dengan ridhamu wahai orang tuaku. Saat kau ridhai keputusan itu, insyaallah kuterima dia dengan basmalah dan meridhainya”
Penguat lainnya: "Saat seorang hamba telah sadar dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya, serta meyakini bahwa semua yang di dunia sudah tetap berada di bawah kuasa-Nya. Maka akan jernihlah hatinya, sekalipun apa yang diharapkannya tak terwujud, niscaya ia meridhainya."
Karena yang perlu diyakini adalah "“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah 286), bahwa perintah harus dijalankan sesuai isinya. Di sisi lain, upaya apapun harus kulakukan dengan upaya yang optimal di batas kemampuan yang kumiliki. Itulah salah satu pelajaran yang diberikan Allah tidak pernah membebani seseorang dengang suatu beban, kecuali Allah tahu bahwa dia mampu menjalaninya.
Begitu juga dengan "…. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian. Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 216).

Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qinaa azaabannaaar...

Milad 23, di ruang tengah 35-1B
Hentian Kajang, 25 Des 2008

2 comments:

Anonymous said...

Amin....:)

mei ling said...

hepppyy besday ni za...
semoga cita2 uni tercapai...
aminnn
maaf telat ya niza