Sunday, December 29, 2013

Komunikasi Produktif dalam Keluarga


Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana kita belajar pertama kali berinteraksi dengan anggota keluarga di sekeliling kita. Dalam keluarga sesungguhnya, interaksi itu terlihat dalam komunikasi yang terjadi antara anggota keluarga sehingga terjalin ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. 

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lain. Komunikasi dapat dikatakan sukses jika pesan yang disampaikan dapat diterima dengan benar. Saat komunikasi dengan anggota keluarga (ayah-ibu-anak) terjalin dengan baik, dimana kegiatan tersebut menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak, maka inilah yang dimaksud dengan komunikasi produktif. Jika komunikasi produktif dapat berjalan dalam keluarga, maka insyaAllah akan memudahkan dalam mencapai visi keluarga.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan agar komunikasi dalam keluarga memberikan manfaat dan menghasilkan energi positif, khususnya saat kita (orang tua) menyampaikan pesan kepada anak-anak kita. Komunikasi produktif akan mentransfer energi positif dan energi besar dengan cara dilakukan dengan kontak mata, dengan senantiasa mengendalikan diri agar dapat berkomunikasi dengan sungguh-sungguh dari hati dengan memperhatikan perasaan lawan bicara (anak) dan memerlukan strategi bagaimana cara menyampaikan pesan secara tepat.

Komunikasi yang gagal disebabkan penyampaian pesan yang tidak tepat, sebaliknya jika dilakukan dengan penuh perhatian dan strategi akan menghasilkan komunikasi produktif, karena pesan tersampaikan secara tepat. Agar pesan tersampaikan dengan baik kepada pasangan (suami/istri) maupun kepada anak-anak, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1.      Fokuskan komunikasi kepada SOLUSI bukan MASALAH, apalagi mengeluh, itu harus dijauhkan dalam komunikasi.
2.      Mengganti kata “TIDAK BISA” menjadi “BISA”, sebagai dorongan positif dalam membangun kepercayaan diri anak.
3.      Katakan apa yang DIINGINKAN bukan yang TIDAK DIINGINKAN, dalam hal ini kita harus menyampaikan kalimat dalam bentuk positif, bukan negatif kepada anak.
4.      Fokus ke DEPAN bukan MASA LALU, dengan menghindari mengulang kesalahan anak di masa lalu, namun memberikan solusi untuk kesalahannya dengan memberikan penjelasan yang benar tentang tindakan yang seharusnya.

Inti dari semua itu adalah dengan memilih kata (Choose your words) dengan bijak, benar dan tepat, ke arah yang lebih positif, agar tidak terjadi kegagalan saat mengkomunikasikannya kepada anak. Misal merubah kata: susah – menarik, masalah – tantangan, saya tidak tahu – saya cari dulu.

Beberapa tips dalam komunikasi produktif:

1.      Perbaiki hubungan dengan anak, miliki hubungan yang hangat dan harmonis.
2.      Gunakan kalimat positif.
3.      KISS (Keep Information Short and Simple), sampaikan dengan singkat dan jelas.
4.      Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan.
5.      Memahami perasaan anak, dengan mendengarkan anak tanpa menilai dan mengkritik.
6.      Mendengarkan anak dengan sungguh-sungguh, dengan menghadirkan pendengaran dan hati, juga dengan melakukan kontak mata sejajar dengan mata anak.
7.      Bicara dengan bahasa tubuh dan nada suara yang sesuai.
8.      Kendalikan suara dan intonasi dengan menggunakan suara yang ramah.
9.      Komunikasi yang baik perlu waktu, sehingga perlu merencanakan komunikasi dengan anak setiap harinya secara informal.
10.  Sering-seringlah memberikan kejutan menarik pada anak.

Disamping itu, kita sebagai orangtua perlu memiliki karakter pendidik yang baik agar dapat membantu dalam beraktifitas bersama keluarga (khususnya anak), diantaranya:

1.      Mempunyai sikap tenang dan tidak terburu-buru.
2.      Bersifat lembut dan tidak kasar.
3.      Memiliki hati yang penyayang.
4.      Memilih yang termudah selama bukan termasuk yang dilarang agama (dosa).
5.      Toleransi, memahami orang lain dalam bentuk yang optimal, bukan dalam bentuk kelemahan.
6.      Menjauhkan diri dari marah.
7.      Seimbang dan proporsional.
8.      Memberikan selingan dalam penyampaian nasihat untuk menghindari kebosanan yang mendengarkan.

Jika komunikasi dalam keluarga dapat dilakukan dengan memperhatikan dan mengamalkan hal-hal tersebut, insyaAllah komunikasi yang terjalin dalam keluarga akan memberikan dampak positif bagi seluruh anggota keluarga. Hubungan antara anggota keluarga akan terasa begitu membahagiakan, hangat dan harmonis, tidak sering terjadi mis-komunikasi, sehingga apa yang disampaikan dan menjadi tujuan bersama dapat diwujudkan dengan baik. Tidak akan ada lagi teriakan yang berkelanjutan saat kita memahami perasaan anak yang sedang kesal atau tantrum, tidak ada lagi kegalauan orangtua saat anak bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan dengan terbuka. Semua akan menjadi lebih mudah dan terbina baik, saat dijalani dengan cara yang baik pula.

Insyaallah kita dan keluarga mampu mengamalkannya sehingga “A home team” (Grade A) pun menjelma dalam rumah kita. Aaamiin…

Sumber: Bunda Sayang – 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak

Dini hari, 29 Desember 2013

Monday, December 23, 2013

Tuhan, Aku Tak Sempurna


Tuhan… 
Aku tak sempurna, namun Engkau sempurnakan aku dengan lahirnya aku sebagai putri bagi kedua orangtuaku yang selalu menjagaku

Tuhan…
Aku tak sempurna, sehingga Kau sempurnakan aku dengan adanya Kakak dan Adik dalam keluargaku sebagai teman bercerita dan berbagi dalam hidupku

Tuhan…
Aku tak sempurna, namun Kau sempurnakan aku dengan pasangan hidup yang mendampingiku melalui hari-hari di dunia dalam ibadah kepada-Mu melalui Rumah Tangga

Tuhan…
Aku tak sempurna, sehingga Kau sempurnakan aku dengan anak-anak yang mendidikku dalam melatih kesabaran dan mengasah ilmuku menjadi orang tua yang berguna

Tuhan…
Aku tak sempurna, namun Kau sempurnakan aku dengan menjadikanku sebagai Hamba-Mu dan umat Nabi-Mu, Rasulullah Muhammad SAW

Tuhan…
Aku tak sempurna, sehingga Kau sempurnakan aku dengan beragama Islam, sebagai agama yang Engkau sempurnakan dan Engkau ridhai

Tuhan…
Aku tak sempurna, namun Engkau sempurnakan aku dengan segala nikmat yang Engkau anugerahkan di duniaku dari hati, jiwa, jasad dan kehidupanku

Tuhan…
Sungguh, aku takkan pernah sempurna, sebelum Engkau ridhai aku sebagai hamba-Mu dan memasukkanku ke dalam golongan mukmin ‘nyata’ yang bermanfaat dengan taqwa yang sebenarnya…

Terimakasih Tuhan, telah menyempurnakan kebahagiaanku…
Alhamdulillahirabbil 'alamin...


Sunday, December 15, 2013

Orang Tua Macam Apakah Aku?: Ulasan Renungan di buku “Segenggam Iman Anak Kita”


Baru menyelesaikan 55 halaman dari 287 halaman buku “Segenggam Iman Anak Kita” yang ditulis oleh Mohammad Fauzil Adhim, sesekali saya tercenung dengan bacaannya, diiringi dengan pemikiran panjang tentang cara kami (saya dan suami) dalam mendidik amanah yang Allah titipkan, dan di Renungan yang berjudul “Segenggam Harap tentang Anak Kita” membuat saya tidak bisa menahan airmata yang menggenang di pelupuk mata. Pertanyaan yang dimunculkan penulis tentang “Orangtua seperti apakah aku?” benar-benar membuat saya berpikir dan merenungkan apa yang telah saya lakukan menjadi orangtua. 

Beberapa kutipan yang membuat saya merenung (dan saya rasa semua orangtua juga merasakannya), adalah penggalan-penggalan berikut: (yang mungkin akan jauh lebih terasa jika kita membaca langsung bukunya)

“Nah, inilah yang perlu kita renungkan seraya mengingat bahwa sepeninggal kita nanti, diluar shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat, tak ada lagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak shalih yang mendoakan. Artinya, pertama-pertama mereka harus menjadi pribadi yang shalih dulu, lalu bersebab keshalihannya mereka mendoakan kita. Bisa saja anak mendoakan kita setiap hari meskipun mereka tidak shalih. Tetapi manfaat apa yang dapat kita harap jika mereka mengerjakan apa-apa yang menjadi penghalang terkabulnya doa? Maka, atas doa anak-anak kita, yang pertama kali perlu kita risaukan adalah iman mereka; keshalihan mereka.” (hal.15)
Apakah yang sebenarnya engkau cari?
Atas segala harapan dan kerinduanmu tentang anak-anak di saat tuamu, apakah yang telah engkau lakukan? Ataukah saat berharga untuk anak kita lewat begitu saja? Tak ada yang berkesan bagi mereka, kecuali saat bercanda dengan pembantu. Sebab, mereka inilah yang amat terasa ketulusannya bagi anak-anak.
Anak-anak telah terlelap tidur… dan aku tak tahu, apa yang paling membekas dalam diri mereka tentang kata dan tindakan orangtuanya… Anak-anak telah terlelap… dan mataku sembab bersebab tak mampu menjawab pertanyaanku sendiri, “Orangtua macam apakah aku?”
Masa kecil anak-anak itu tak lama. Sesudah berlalu masa yang ia selalu merindukanmu, ia akan kuat menapakkan kaki sendiri menyusuri dunia. Pada saatnya kita akan tua, renta dan sesudah itu berpindah ke alam barzakh. Maka, apakah arti masa kecil anak-anak itu bagimu? (hal.55)

Penggalan terakhir ini yang benar-benar membuat saya (dan mungkin juga Anda sebagai orangtua) menumpahkan airmata, mengingat bagaimana saya menghargai waktu anak-anak, menemani mereka bermain, menghargai pendapat mereka dan mengingat apakah yang membekas di hati anak, kepada saya sebagai orangtuanya.

Bahkan firman Allah Ta’ala di surat An-nisa’ ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka (yang ditinggalkan). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa’ [4]: 9) 

Ya, tulisan ini benar-benar membuat kita tersentak, mengingat kembali apa yang ditanyakan oleh penulis kepada dirinya sendiri, yang juga menjadi pertanyaan bagi saya; pembacanya (para orangtua), “Orangtua macam apakah aku?”

Pertanyaan yang tak mungkin dijawab saat ini juga, namun akan terjawab dengan perjalanan waktu kita bersama anak-anak kita. Pertanyaan yang baru akan terjawab dengan berbenahnya kita sebagai orangtua ke arah pembaikan nan dilandasi ketakwaan dan perkataan yang benar. Pertanyaan yang hanya anak kita jualah yang akan menjawabnya, tentang kita; orangtua mereka. Pertanyaan yang akan kita jawab sendiri-sendiri saat ini, yang saya sendiri juga belum bisa menjawabnya, mengingat banyaknya perbaikan yang akan ditempuh.

Pastinya sekarang yang kita lakukan, menghisab diri dan memperbaikinya, mengutamakan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala sembari menjaga amanah (anak) yang Dia anugerahkan. Semoga Allah memberikan petunjuknya kepada kita menjadi orangtua yang seharusnya bagi anak-anak kita. 

Margahayu Kencana, 16 Desember 2013

Saturday, December 14, 2013

Membuat Mind Mapping

Pertemuanku dengan Ibu Septi (Founder Ibu Profesional) yang kedua terjadi pada tanggal 9 Desember lalu. Alhamdulillah, kelebihannya dibanding pertemuan yang pertama, aku lebih leluasa menanyakan apa yang ingin kutanyakan dibandingkan sebelumnya, karena Ibu Septi mempunyai banyak waktu untuk menjawab pertanyaan kami (anggota IIP-Bandung) saat itu.

Jujur saat bisa bertemu dan berbincang lebih dekat, keinginanku untuk Profesional di bidang yang kugeluti semakin membuncah. Bagaimana tidak, di saat para ibu banyak yang ‘pasrah’ dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga yang sepertinya ‘itu-itu saja’, Ibu Profesional malah membuat pekerjaan ini sebagai profesi yang paling banyak tantangan dan ada prospek baik ke depannya, untuk keluarga apalagi diri sendiri.

Sama halnya dengan sukses dunia, sukses akhiratpun juga memerlukan kesungguhan dalam mencapainya. Salah satu sukses akhirat ini bagi perempuan, khususnya ibu, adalah menjadi Madrasatul Ulaa (sekolah pertama) yang tepat bagi anak-anaknya. Jika ibu bisa cerdas mengelola rumah tangganya, apalagi dalam mendidik anaknya, maka hasil yang akan dicapaipun akan Allah berikan dengan yang lebih baik, sesuai harga perjuangan kita menjadi lebih baik bagi anak dan suami kita.

Kembali pada pertemuanku dengan Ibu Septi, yang saat itu membahas tentang Mind Mapping. Mind Mapping yang tidak hanya bisa dipraktekkan dalam proses menghapal/memahami pelajaran (yang dulu pernah kupelajari dan kupakai, saat sekolah), tetapi juga bisa dibuat dalam segala aspek kegiatan yang dilakukan di rumah dan yang dicita-citakan.

Mind Mapping, bagiku dulu hanya sebatas media yang mempermudahku dalam memahami pelajaran, sekarang bisa membantu mempermudahku dalam membagi kegiatan dan menperjelas visualku untuk masa yang akan datang. Memang belum maksimal yang kubuat untuk sekarang, karena pembenahan yang harus kulakukan masih banyak untuk menjalankan semuanya dengan DISIPLIN dan KONSISTEN.

Ya, dua kata terakhir yang mudah diucapkan namun perlu perjuangan keras untuk mewujudkannya, apalagi saat ‘permintaan maaf’ diri begitu mudah didapatkan, nyaris membuat perbaikan diriku ‘roboh’. Dalam Islam, ini lebih dikenal dengan istiqamah, berkelanjutan dan terus menerus, dalam kebaikan (jalan lurus). Istiqamah yang perlu dikuatkan lagi untuk kebaikan diriku dan keluarga dalam memperbaiki kehidupanku sekarang dan akan datang.

Mind Mapping, mulai kubuat untuk mengatur hal-hal kecil lebih dahulu untuk mengasah kembali otak yang sudah tumpul karena sudah lama tak membuat Mind Mapping. Hehe… Banyak keuntungan yang didapat dengan membuat mind mapping, diantaranya:

1. Memberikan gambaran keseluruhan dalam satu halaman, sehingga saat melihat mindmapping yang dibuat, semua yang ada di satu halaman, langsung tersimpang ke otak kita,
tanpa harus membolak-balikkan halaman, layaknya membaca buku teks.

2. Berisi kata-kata kunci, yang mempermudah kita mengingat apa yang kita buat dalam mind mapping.

3. Menggambarkan pengelompokkan dan hierarki gagasan, otomatis akan mempermudah kita memilah-milah dalam menjalankan yang direncanakan dalam mind mapping.

4. Memberikan visualisasi gagasan, karena simbol dan pemilihan kata pendek yang digunakan sudah memberikan gambaran tentang gagasan-gagasan kita.

5. Merangsang kreatifitas, mindmapping dibuat tidak semata dengan tulisan saja, tapi bisa dengan
tempelan gambar atau smbol, coretan warna warni, dan pastinya menarik, ini secara tidak langsung bisa menciptakan kegiatan bersama anak, karena bisa pakai crayo, pensil warna dan spidol yang pastinya disukai anak-anak. (Azzam juga suka, saat saya kemarin membuat mind mapping tentang kegiatan harian di rumah).

6. Plug and Play, namanya mind mapping, jelas mempermudah kita dalam melaksanakan rancangan kita, tinggal dipasang (dibuat) dan pilih mana yang perlu, bisa langsung dipakai. Hehe…

Menariknya mind mapping yang sekarang, lebih ke arah praktek dalam menjalankan tugasku sebagai ibu Rumah Tangga, mempermudah pembagian tugas dan pengamalannya, dan ini baru dimulai, sebelumnya belum pernah kubuat mindmapping tentang keseharian, semoga Istiqamah dan lebih baik, Aamiin.

Nah, kalau mind map dibuat, bisa dioptimalkan dengan menempelkan gambar menarik yang mewakili gagasan, gunakan aneka warna, dan jangan lupa untuk tetap menjaga mind map kita tetap sederhana dan tidak terlalu ribet, agar tidak bingung menjalankannya, dan bisa menambah simbol-simbol menarik untuk membuat mindmap kita menyenangkan untuk dilihat dan mudah untuk dilaksanakan.

Penjelasan ini semoga bisa membantu kita dalam membuat mind mapping dan mempermudah kita dalam menvisualisasikan rancangan kegiatan maupun proyek kita. Dalam hal ini saya juga masih dalam tahap baru belajar, maka jika banyak kekurangan dan kesalahan bisa ditambahkan atau diperbaiki di kolom komentar, untuk perbaikan tulisan saya tentang Mind Mapping ini, sekaligus perbaikan saya juga dalam praktek pembuatan Mind Map itu sendiri.

Margahayu Kencana, 15 Desember 2013





Friday, December 6, 2013

Sedikit Ulasan Disiplin Anak (Usia Dini)


Posting, posting, posting ini yang sedang berkelebat sekarang. Tulisannya belum ada, bagaimana mau posting di Blog? Seharian kemarin otak penuh dengan orderan, hehe. Ya, alhamdulillah jualan OnLine-ku sedang banyak pesanan, apalagi pagi ini sudah waktunya juga posting stok baru (dan tulisan baru juga wajib kuposting). Sibuk? Itu pasti, karena harus mengatur waktu juga bersama anak-anak. Kalau BB sudah banyak PING-PINGnya, maka WA sudah berpuluh percakapannya, ada juga orderan costumer lewat sms. Semuanya perlu pelayanan dan biasanya produk paling HOT di Galeri HoosLook (Husnul Khuluq) –nama OL-Shopku- adalah baju anak muslim LaBella, Buku Bantal, ABACA dan Mainan Kayu. Untuk menjalani semuanya, aku harus punya pengaturan yang baik dalam menjalankan tugas-tugasku.

Seperti yang sudah sama-sama diketahui :), pekerjaan utamaku sebagai Ibu Rumah Tangga, harus maksimal, apalagi saat berkegiatan dengan Azzam dan Aliya, dua peserta didik sekaligus guru kecilku di rumah. Kalau ditanya maksimal atau belum, pastilah belum sempurna yang kulakukan, karena masih banyak orangtua yang punya cara bagus saat melakukan kegiatan bersama anak-anak mereka. Namun, semuanya sedang kupelajari dari hari ke hari, menjadi orangtua shalih, positif, amazing dan tepat untuk kedua anakku, semoga kelak bisa memberi bekas dan pengaruh baik pada mereka.

Oia, curhat sedikit, hari ini alhamdulillah Aliya anak ke dua kami sudah bisa duduk sendiri dari posisi tengkurap, dan celotehnya sudah beragam suku kata. Kalau Azzam, alhamdulillah sudah mulai bisa diberi penekanan tentang jadwal bermain di luar rumah, semoga ke depannya bisa disiplin.



Hari ini, saat membaca buku baru ‘lagi’ dari OnLine, tentang “Metode Montessori”, Bab 5 yang terkait dengan Disiplin. Jika Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku “Pendidikan Anak dalam Islam #2” mengatakan bahwa disiplin harus dimulai dengan keteladanan, kebiasaan, nasehat dan memberikan perhatian dan pengawasan, dan jika sudah masuk usia mumayyiz (10 tahun) bisa dengan hukuman, namun tetap dengan aturan dan bertahap bertahap (dengan metode yang paling ringan: menunjukkan kesalahan dengan pengarahan, ramah tamah, isyarat, dan seterusnya), karena jika anak masih balita, akan lebih baik kita tidak banyak mencela atau menegur mereka. 


Sedangkan Charlotte Mason dalam bukunya “Cinta Yang Berpikir” yang diterjemahkan oleh Ellen Kristi menyatakan bahwa Disiplin dimulai dengan menjadi atmosfir inspiratif dan melatih kebiasaan-kebiasaan baik, lugasnya disebutkan bahwa “education is a dicipline”, pendidikan adalah kedisiplinan, disiplin dalam melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik pada diri sendiri dan anak. Sedangkan Montessori menyatakan disiplin harus berangkat dari kemerdekaan. Hm, variatif dan membingungkan :D

Ya, jika dibaca sekilas, serasa membingungkan pengertian yang diberikan montessori tentang kedisiplinan. Tetapi jika dibaca lebih lanjut, terlihat jelas bahwa di sini masih terkait dengan kemerdekaan dalam konteks positif dan bagaimana cara pandang kita sebagai orangtua menilai kegiatan anak tersebut dengan positif juga. Satu lagi, ini masih dikaitkan dengan pola anak yang masih usia dini, karena masih mengeksplor semua yang ingin dia ketahui. Kemerdekaan di sini, b

Kalau dikaitkan dengan Islam, intinya semua yang dilakukan anak BOLEH, selagi tidak aturan Islam yang melarangnya. Khususnya anak yang masih balita, jika masih dalam pengawasan, aktifitas anak akan jauh lebih baik jika tidak melulu kita kontrol, tetapi bisa dengan memperhatikan anak dalam melakukan kegiatannya, yang sering kita lihat dalam “bermain”-nya yang bernilai “belajar”. Memberikan senyuman, memperhatikan kegiatannya tanpa banyak bicara, akan memberi dampak lebih baik kepada anak, memotivasinya dan memberikan apresiasi saat ia berhasil, juga membantu saat anak memerlukan bantuan, jika anak bisa melakukan sendiri, maka sebaiknya kita tidak perlu membantunya. Intinya anak boleh diarahkan, tapi mereka tetap merdeka.

Biarkan anak jauh lebih aktif dengan eksplorasinya dan kita cukup menjadi pengamat yang berada di sampingnya (kehadiran kita) dan akan jauh lebih berdampak lagi jika kita hadir bersama mereka dengan penuh kesadaran (perhatian penuh) bukan kontrol penuh. Karena kebanyakan kita, saat hadir di depan anak, tetapi hati dan pikiran kita tidak bersama mereka. 

Hm, makin merenung, masih harus meningkatkan perbaikan diri, karena dengan memperbaiki diri, maka akan berdampak pula pada perbaikan anak-anak. Semua sudah kumulai dan kurasakan dampaknya, dan tetap saja untuk menjadi lebih baik, maka aku harus menanjak tinggi lagi dalam perubahanku demi kebaikan kelargaku kelak.   

Untuk kelengkapan pembahasan ini, ingin secepatnya membaca buku terbaru, “Prophetic Parenting”, insyaallah dalam waktu dekat akan ada ulasan lagi, semoga bisa mengikuti jejak Rasulullah SAW dalam membangun keluargaku. Aamiin Allahumma Aamiin…

(Masih ngutang aja, tentang Manajemen Keuangan, huhu...) semoga secepatnya bisa kutulis. Insyaallah.

Margahayu Kencana, 07 Desember 2013


Thursday, December 5, 2013

Cerita Kita di Hari Kamis

Pukul 01:46 dini hari, di jam laptopku. Alhamdulillah, saat laptop kubuka, jaringan internet lebih bersahabat daripada kemarin malam. Karena, saking lemahnya jaringan internet kemarin malam, untuk posting satu tulisan saja, harus engap-engap sampai subuh menjelang. Parahnya, ketika sudah berhasil, terlihat ada susunan yang tidak teratur di beberapa paragraf akhir. Ya sudahlah, akhirnya setelah beberapa lama menunggu dan tidak berhasil juga kuedit (karena jaringan), kuputuskan untuk meninggalkan tulisan yang ‘berantakan’ itu dan berdamai dengan keadaan (istilahnya Mba Lala :D). Kapan akhirnya kuperbaiki? Ya, dini hari ini, sekarang.

Niat awal kemarin, ingin melanjutkan tulisan tentang Manajemen Keuangan Keluarga, tiba-tiba mood-ku berubah ingin menuliskan kegiatan harian kami di Kamis tadi. Mungkin karena yang kulakukan hari ini tidak di rumah, jadi ada sedikit cerita yang bisa kutuliskan dengan lebih bersemangat dibanding menulis tentang keuangan, yang notabenenya masalah ‘pengelolaan’ itu, masih dalam tahap pembelajaran buatku. Hehe…

Kamis, 05 Desember 2013, ada jadwal rapat ke 4 panitia acara Institut Ibu Profesional-Bandung (IIP-B), di Masjid Al-Ukhuwah. Kebiasaan semenjak pulang dari kampung Oktober lalu, jika saya keluar rumah untuk beraktifitas yang jaraknya lumayan jauh dari rumah, maka kedua anak saya wajib diajak, karena memang tidak ada tempat untuk dititipi, dan untuk perjalanan jauh memang tidak memungkinkan menitipkan anak-anak yang masih balita dan bayi kepada orang lain. Untuk keluar rumah seperti ini biasanya kami diantar langsung oleh ayahnya anak-anak (baca: suami). Syaratnya ya, jauh-jauh hari sudah menyampaikan rencana itu agar beliau mengatur jadwal untuk bisa meninggalkan pekerjaan selama kami bepergian. Seperti untuk rapat kali ini, sudah saya sampaikan seminggu yang lalu bahwa saya akan ikut rapat panitia di kota Bandung (karena kami tinggal di Kabupaten Bandungnya, heheh).

Perjalanan menuju kota menghabiskan waktu selama 40-45 menit jika arus kendaraan lancar atau bisa 1 jam lebih jika macet, apalagi kalau membawa anak-anak, bahkan bisa jadi 1,5 – 2 jam di jalan. Haha… (sepertinya ini berlebihan). Mempertimbangkan perjalanan yang cukup jauh, saya minta ijin suami untuk mengantar kami jam 11 siang saja, karena rapat dimulai jam 12.30, dan beliau menyetujuinya. Namun sayang, rencana tak berjalan indah, karena beliau baru datang menjemput kami jam 11.30 dan saat akan berangkat, Azan Zuhur pun berkumandang. Langsung saja kami melaksanakan shalat Zuhur dulu dan setelah semua beres dan siap berangkat, kuasa Allah, awan mendung tebal dan gelap menyelimuti langit, tes tes….. Kami membuat keputusan tetap jalan, dan tak lama hujan pun mulai berkejaran, lebat dan deras, sehingga kami memutuskan untuk singgah dulu ke tempat kerja suami untuk berteduh. 

Lama hujan turun dan tak kunjung reda, akhirnya Aliya kusuapi dengan bubur yang sudah disiapkan untuk bekalnya, dan Azzam memperhatikan hujan turun sembari memainkan balon gas yang tiba-tiba turun (jatuh) dari pohon, sepertinya balon itu sebelumnya tersangkut dan karena hujan deras, batu yang menjadi bebannya membawa balon itu turun dari pohon. :) (Gak penting banget buat ditulis ini :P)

Perjalanan menuju Masjid lumayan menyenangkan, untuk Azzam, karena dia senang mandi hujan, maka perjalanan yang ditemani dengan rintik hujan dan sesekali tidak rintik, membuat Azzam menikmatinya. Berbeda dengan Aliya dengan perut kenyang, mata mengantuk pun dilayaninya, tertidur. :D Mungkin karena terlalu lama di atas motor, Azzam beberapa kali menanyakan, “Masjidnya masih jauh Bunda?” kujawab, “Masih nak”, untungnya jalanan yang tergenang air saat dilewati menjadi penarik perhatian Azzam, dan belahan air dengan roda motor pun jadi suatu perhatian baginya, ah… anak-anak begitu banyaknya hal baru menjadi ketertarikan di mata kalian J, dan semua itu kesyukuran buatku yang tidak membuatnya jenuh dan merasa bosan dalam perjalanan.

Terlambat 1,5 jam karena saya sampai di Masjid jam 14.00, minta maaf lagi karena 3 kali rapat tidak datang dan kali ini terlambat. Alhamdulillah, semua ibu di sana menerima dengan lapang hati, dan rapat pun dilanjutkan, karena sebelumnya rapat sudah berjalan sebagaimana mestinya. Rangkaian acara yang kurancang, kusampaikan dan ada perbaikan-perbaikan yang perlu disesuaikan dengan kesepakatan bersama. Harapanku semua jerih payah ibu-ibu panitia untuk acara Kuliah Umum Perdana IIP-B nanti terbalas dengan sesuanya kehendak Allah dengan rencana kami, dan dimudahkan perjalanan menuju acara itu terlaksana. Aaamiiin Allahumma aamiin.

Ini tentang Azzam dan kegiatannya selama saya rapat, karena menulis tentang Aliya masih berkutat dengan masa ‘oral’nya menjamah semua yang di lantai dan masuk mulut, serta usahanya dari tengkurap ke duduk sudah hampir berhasil, tidak terlalu jadi perhatian untuk dituliskan, kecuali masalah Aliya masih belum bisa dititip kepada orang lain saat saya berwudlu atau menemani Azzam ke toilet, maka Aliya yang awalnya diam, lama kelamaan akan menangis karena masih berasa ‘asing’ dengan ibu-ibu lain yang hadir saat rapat.

Nah, kalau tentang Azzam, alhamdulillah dengan adanya anak-anak HS-er dia juga mengikuti (baca: menonton) kegiatan anak-anak tersebut, sembari berlari ke sana ke mari. Sesekali dia lari ke halaman Masjid dan mengitarinya, atau dia akan memanjat kotak amal yang ada di dalam Masjid yang tingginya melebihi perutnya dan berhasil menaikinya. Satu kekhawatiranku hanyalah saat dia berlari terlalu jauh dari pandanganku, ini yang terkadang membuatku sesekali berjalan cepat mengikuti langkah kecil Azzam yang melaju karena dia akan lari saat saya ikuti. Seperti saat saya akan shalat Ashar, Aliya yang menangis karena dititip saat saya berwudlu, saya gendong kembali, dan mencari Azzam yang mulai luput dari pandangan. Saat dicari ternyata dia berlari ke arah tangga penyeberangan yang tepat berada di depan halaman Masjid. Namanya anak-anak, dilarang artinya menyuruhnya untuk melakukan, Azzam saya dekati (masih dengan menggendong Aliya tanpa gendongan) sembari berfikir apa cara terbaik memintanya kembali ke dalam masjid dan tidak menaiki tangga jembatan penyeberangan, karena saya dengan Aliya cukup kesulitan jika memenuhi permintaannnya menjelajahi tangga penyeberangan itu.

Alhamdulillah, Teh Deasy, salah satu anggota rapat sekaligus praktisi HS mendekati kami, seraya berkata, “Azzam, sebentar ya, tunggu Ibu dulu, biar ditemani ke atas,” saya yang awalnya memanggil Azzam dan memintanya untuk tidak jauh-jauh karena saya tidak bisa menemani, maka seruan kepada Azzam tadi adalah bantuan terbaik yang saya dapatkan. Akhirnya Teh Deasy naik tangga, dan menemani Azzam melewati jembatan penyeberangan. Haturnuhun teh, jazakillah khaiiran. :)

Setelah turun, saya tanyakan kepada Azzam apa yang dilihatnya. Mungkin karena memang tidak ada apa-apa yang dia lihat, lantas dia jawab “nggak ada bunda”. Niatku, esok hari akan kuulas kegiatannya selama di Masjid sore tadi. Tentang kegiatannya membelah agar-agar lapis sesuai lapisannya dan menyusunnya sejajar di lantai Masjid, jembatan penyeberangan, celana dalam yang sedikit basah karena “kebelet” dan dia tidak lagi memakainya, hingga meminjam diapers Aliya sehingga Azzam merasa ada yang janggal di celananya dan menjelaskan tentang Masjid Ukhuwah yang luas. Insyaallah akan jadi selingan obrolan kita hari ini Nak… :)

Alhamdulillah… sekalipun belum bagus tulisannya, namun tetap
SEMANGAT PAGI dan Berhasil NULIS LAGI… ^_^

Margahayu Kencana, 6 Desember 2013

(menulis tanggal, baru ingat kalau hari ini adalah milad kakakku satu-satunya yang paling baik sedunia, karena Cuma punya 1 kakak, di atas saya, hehe. Selamat hari lahir kak HaDina Kadir, Barakallahu fi umrik wa umuurik, senantiasa bahagia selalu ya kakak dan keluarga, dunia dan akhirat. Aamiin…)

Wednesday, December 4, 2013

Manajemen Keuangan Keluarga #1

Jika dua minggu lalu materi kuliah yang dibahas di Program Bunda Cekatan adalah Manajemen Waktu, maka minggu ini pembahasannya adalah Manajemen Keuangan Keluarga. Dulu, memang masalah waktu dan keuangan selalu kuanggap seperti air, mengalir. Sekalipun pernah kucoba membuat batas-batas waktu dan pengaturan keuangan, maka hal itu masih jauh dari sikap konsistenku dalam prakteknya. Masih kuingat waktu kuliah dulu, aku pernah membeli buku tentang manajemen waktu, dan kupraktekkan, tapi sayang karena aku tidak sepenuhnya menjalani semua itu dengan tanggungjawab dan saklek, sehingga semua berakhir dengan ketidakteraturan kembali dalam masalah waktu.


Namun, untuk manajemen waktu, perlahan aku sudah memulainya beberapa minggu ini, tapi masih belum se-saklek yang kuinginkan (ketahuan tidak konsisten :( ). Masih belum konsisten tapi sudah lebih baik daripada praktek manajemen waktu yang kulakukan dulu, kali ini ada perbaikan, bahkan sangat positif untuk aku dan anak-anak.


Hm, sekarang bukan ingin membahas tentang manajemen waktu, karena yang paling berantakan saat ini adalah manajemen keuanganku, tepatnya keuangan keluargaku. Sebelumnya di Program Bunda Sayang masalah ini juga pernah dibahas, sampai-sampai Ibu Septi (dosen Kuliah kami sekaligus Rektor di Institut Ibu Profesional) menyatakan, “Apakah Ibu-Ibu sudah menjadi Manajer Keuangan Keluarga atau masih menjadi Kasir?” Jika menjadi manajer maka Anda adalah pengelola, namun jika menjadi kasir, Anda hanya sekedar mengetahui keluar masuknya uang dalam keluarga Anda.


Pertanyaan inilah yang membuat saya tertohok dan sadar kalau selama ini saya hanya menjadi kasir dalam keluarga saya –hiks-, sekalipun saya punya pembukuan keuangan keluarga, tetapi saya tidak memiliki pengaturannya. Apalagi saya dan suami memang tidak mempunyai penghasilan tetap setiap bulannya, karena ayah dari anak-anak adalah seorang wiraswasta yang bekerja di bidang produksi pakaian. Kalau ditanya lagi, apakah saya pernah melakukan pengaturan? Saya akan menjawabnya “pernah”, karena saya memang pernah mengatur keuangan keluarga saya (sejak awal menikah) dan memilah-milahnya jadi beberapa pos pengeluaran, namun seperti tadi, tidak KONSISTEN membuat saya kalah lagi dengan keadaan.


Menuliskan ini semua membuat saya mendesah panjang dan berpikir, “Sampai kapan saya akan seperti ini?” dan jawabannya hanya saya sendirilah yang bisa memutuskan. 


Tepat di hari ini, dimana pagi harinya saya belajar tentang Manajemen Keuangan, maka sore harinya saya menerima buku pesanan saya belanja OnLine saya, yang berjudul “Financial Stories”. Nampaknya keadaan ini adalah momen yang harus saya gunakan untuk memperbaiki diri dalam pengaturan keuangan keluarga. SAYA HARUS BERUBAH (baca: memperbaikinya) SAAT INI JUGA. Berubah menjadi lebih baik lagi dalam mengelola keuangan rumah tangga saya, dengan memberikan peluang kepada uang-uang untuk diposkan di tempat yang layak dan tepat. Hehe…


Sebelum saya mempraktekkannya, sebaiknya saya mengulas kembali tentang Manajemen Keuangan Keluarga ini, sambil menuliskan dan menguatkan kembali pemahaman saya tentang materi kuliah OnLine yang dipelajari pagi tadi. Awal dari semuanya adalah Perencanaan Masa Depan, setelah ditetapkan, bisa divisualisasikan dengan beragam cara untuk mempertahankan semangat kita dalam mengatur keuangan kita untuk mencapai apa yang kita rencanakan untuk masa depan. Masa depan di sini akan mencakup masa depan hidup kita dan setelah hidup kita (wafat).


Selanjutnya kita mulai menetapkan titik start kita dengan menyelesaikan 4 poin berikut:

1. Arus Kas
2. Neraca
3. Proteksi atau diistilahkan juga dengan Asuransi
4. Rencana Karir


Nah, bagaimana penjelasan tentang 4 poin ini? Serta prakteknya dalam menata keuangan rumah tangga yang Syar’i? Bagaimana pula cara kita menunaikan Hak Allah, Hak Orang Lain, Hak Diri dan Keluarga untuk Masa Depan (Investasi) serta menunaikan Hak Diri dan Keluarga untuk Saat Ini? Penjelasannya ada di kelas OnLine yang saya pelajari Rabu pagi, dan akan saya tuangkan dalam tulisan bersambung ya temans, karena waktu menulis saya sudah habis hari ini. Insyaallah bersambung ke postingan saya Manajemen Keuangan Keluarga #2.


Selamat dan Semangat MENULIS DINI HARI. :)


Marken, 5 Des 2013









Tuesday, December 3, 2013

Donat, Playdough, Nasi Tim, dan Nasi Gulung untuk Buah Hati AyahBunda


Hari ketiga di bulan Desember, mempraktekkan 3 resep, Mpasi tim saring buat Aliya, Donat dan Playdough buat Azzam, juga Nasi Gulung buat Azzam. Mpasi berhasil, Donat gagal karena kebanyakan air sehingga donat tidak empuk tetapi padat :D, Nasi Gulung setengah berhasil, karena sebagian dadar penggulung ada yang sobek. Percobaan awal patut disyukuri, mengingat selama ini, jarang-jarang membuat menu untuk anak-anak apalagi menggunakan buku pedoman masak. 

Dalam hati, sempat merasa sedikit repot membuat menu untuk anak-anak yang menurut saya cukup memakan waktu. Jadi harus dicari solusi cerdas untuk semua ini, karena yang utama yang ingin saya asah adalah ilmu tentang pendidikan anak dan menjadikan dua guru kecil (anak-anak) senang bersama Ayah Bunda. Ya, seperti biasa jika ada yang salah, maka akan saya ulangi lagi dan perbaiki. “Trial and Error”, di sini yang perlu diperbaiki adalah manajemen waktu dan daftar aktifitas yang sudah disusun dan dijalankan, kembali menetapkan waktu paling penting, penting dan tidak penting.

Niat awal minggu ini mau membuat lapbook bersama Azzam, tapi masih ada beberapa bahan yang belum lengkap, akhirnya kami memutuskan membuat playdough dengan terigu. Alhamdulillah berhasil, kurangnya adalah pewarna makanan yang tidak ada di rumah, sehingga Azzam memainkan playdough dengan warna asli tepung. Jadi PR saya untuk minggu depan adalah membelikan pewarna makanan untuk memberikan warna dasar ke playdough Azzam.

Waktu membuat playdough, awalnya adonan dibuat sendiri oleh azzam, sampai-sampai tepung menghiasi wajahnya dan kamipun tertawa, senang. Kesulitan yang dia temukan adalah ketika terlalu banyak memberikan air pada adonannya, sehingga tidak kunjung kalis. Itu membuatnya berhenti melanjutkan membuat playdough, lalu saya menambahkan tepung terigu dan minyak goreng, dan berhasil. Akhirnya Azzam pun membentuk playdough terigunya dengan cetakan huruf dan dilanjutkan dengan membuat bus dengan bantuan saya. Dari bus yang sudah saya buat, dia terinspirasi membuat taksi dan dilanjutkan dengan memberikan sedikit benjolan di punggung mobil, Azzam berkata, “Bunda, taksinya udah jadi mobil polisi ‘ninu ninu’….” Alhamdulillah, Azzam menikmati kegiatan kami hari ini.

Lain Azzam, lain pula Aliya, dia juga menikmati Mpasi rasa baru yang saya buat hari ini, Aliya menyukainya. Campuran beras, brokoli, tomat, wortel, buncis dan ayam, membuat Aliya semangat makan dan menghabiskan menu makan siangnya dengan baik. Sayangnya, karena berhasil malah lupa jepret yang satu ini. :( Untuk ke depannya dokumentasi “penting” untuk keluarga dan anak-anak. Inga’ – Inga’ Tiing… (Iklan jaman baleula, he)

Alhamdulillah, syukur untuk hari ini dengan aktifitas di rumah, semoga makin hari makin banyak yang bisa saya tuliskan. Sebetulnya ada beberepa buku juga yang sedang dibaca dan ingin direferensi (versi saya), tapi masih belum bertemu dengan kesempatan untuk mengolahnya menjadi cantik dalam bahasa tulisan. Jadi menulis akan bersambung dari hari ke hari… Aamiiin… :) 

Semangat MENULIS dan MENGASAH DIRI…. Bismillah… ^_^

Dini hari, 4 Desember 2013
Margahayu Kencana





Monday, December 2, 2013

Cerita Dini Hari


Desember, hari ke tiga, malu dengan diri sendiri, masih belum mencapai target untuk membuat satu tulisan satu hari. Namun, baru berjalan satu tulisan dalam dua hari, alhamdulillah. Awal yang baik di bulan Desember. :D

Lanjut dulu cerita masak-memasak yang temanya cari buku masak ya, alhamdulillah 3 buku Pak Wied Harry sudah dibeli, di Palasari. Harganya lebih miring daripada yang dijual di OnLine Shop. Hari pertama membuat Mpasi ala Wied Harry, bubur saring wortel-telur, dan Aliya suka. Bagaimana dengan makanan Azzam, hehe… kalo buat Azzam karena kemarin masih beres-beres barang belanjaan dapur di pagi hari, belum sempat membuatkan menu buat Azzam ala Pak Wied Harry. Insyaallah hari ini ada. SEMANGAT…!!!

Serasa menemukan kehidupan baru setelah membuat beberapa rancangan kehidupan untuk lebih baik. Kembali bersyukur atas pertemuanku dengan Web Ibu Profesional, Web Rumah Inspirasi dan Page-nya, Web Charlotte Mason Indonesia dan grupnya, Metode Montessori, Tilawah metode T.E.S dan Grup WA Agen ABACA Flashcard. Secara umum, semuanya memberikan dampak positif bagi diri saya dalam mengelola rumah, keluarga, mendidik anak, mengembangkan bisnis dan meningkatkan potensi diri.

Rasanya tulisanku malam ini, meloncat riang ke sana ke mari, belum jelas tema awalnya, hehe… Tentang memasakkah, ataun tentang web bermanfaatkah atau gado-gadokah? Aha, yang penting sekarang adalah menulis dulu.

Senyum-senyum sendiri melihat postingan kali ini, karena rasanya masih jauh dari kategori tulisan ‘bergizi’ apalagi ‘berisi’. Pernah terbersit di hati untuk bisa menuangkan tulisan yang menginspirasi dan ‘hidup’, mungkin belum untuk saat ini. Semoga nanti, bisa menulis baik seperti almarhum Ayah dan adik laki-lakiku. Sekalipun keduanya bukan penulis handal, namun untuk orang seperti saya keduanya adalah motivator yang menjadikanku sampai detik ini, masih saja ingin menghiasi blog-ku dengan coretan-coretan yang akhirnya akan memberikan ‘nilai’ bagi siapapun yang membacanya, walaupun belum sekarang.

Marken, 3 Desember 2013