Sunday, December 15, 2013

Orang Tua Macam Apakah Aku?: Ulasan Renungan di buku “Segenggam Iman Anak Kita”


Baru menyelesaikan 55 halaman dari 287 halaman buku “Segenggam Iman Anak Kita” yang ditulis oleh Mohammad Fauzil Adhim, sesekali saya tercenung dengan bacaannya, diiringi dengan pemikiran panjang tentang cara kami (saya dan suami) dalam mendidik amanah yang Allah titipkan, dan di Renungan yang berjudul “Segenggam Harap tentang Anak Kita” membuat saya tidak bisa menahan airmata yang menggenang di pelupuk mata. Pertanyaan yang dimunculkan penulis tentang “Orangtua seperti apakah aku?” benar-benar membuat saya berpikir dan merenungkan apa yang telah saya lakukan menjadi orangtua. 

Beberapa kutipan yang membuat saya merenung (dan saya rasa semua orangtua juga merasakannya), adalah penggalan-penggalan berikut: (yang mungkin akan jauh lebih terasa jika kita membaca langsung bukunya)

“Nah, inilah yang perlu kita renungkan seraya mengingat bahwa sepeninggal kita nanti, diluar shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat, tak ada lagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak shalih yang mendoakan. Artinya, pertama-pertama mereka harus menjadi pribadi yang shalih dulu, lalu bersebab keshalihannya mereka mendoakan kita. Bisa saja anak mendoakan kita setiap hari meskipun mereka tidak shalih. Tetapi manfaat apa yang dapat kita harap jika mereka mengerjakan apa-apa yang menjadi penghalang terkabulnya doa? Maka, atas doa anak-anak kita, yang pertama kali perlu kita risaukan adalah iman mereka; keshalihan mereka.” (hal.15)
Apakah yang sebenarnya engkau cari?
Atas segala harapan dan kerinduanmu tentang anak-anak di saat tuamu, apakah yang telah engkau lakukan? Ataukah saat berharga untuk anak kita lewat begitu saja? Tak ada yang berkesan bagi mereka, kecuali saat bercanda dengan pembantu. Sebab, mereka inilah yang amat terasa ketulusannya bagi anak-anak.
Anak-anak telah terlelap tidur… dan aku tak tahu, apa yang paling membekas dalam diri mereka tentang kata dan tindakan orangtuanya… Anak-anak telah terlelap… dan mataku sembab bersebab tak mampu menjawab pertanyaanku sendiri, “Orangtua macam apakah aku?”
Masa kecil anak-anak itu tak lama. Sesudah berlalu masa yang ia selalu merindukanmu, ia akan kuat menapakkan kaki sendiri menyusuri dunia. Pada saatnya kita akan tua, renta dan sesudah itu berpindah ke alam barzakh. Maka, apakah arti masa kecil anak-anak itu bagimu? (hal.55)

Penggalan terakhir ini yang benar-benar membuat saya (dan mungkin juga Anda sebagai orangtua) menumpahkan airmata, mengingat bagaimana saya menghargai waktu anak-anak, menemani mereka bermain, menghargai pendapat mereka dan mengingat apakah yang membekas di hati anak, kepada saya sebagai orangtuanya.

Bahkan firman Allah Ta’ala di surat An-nisa’ ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka (yang ditinggalkan). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa’ [4]: 9) 

Ya, tulisan ini benar-benar membuat kita tersentak, mengingat kembali apa yang ditanyakan oleh penulis kepada dirinya sendiri, yang juga menjadi pertanyaan bagi saya; pembacanya (para orangtua), “Orangtua macam apakah aku?”

Pertanyaan yang tak mungkin dijawab saat ini juga, namun akan terjawab dengan perjalanan waktu kita bersama anak-anak kita. Pertanyaan yang baru akan terjawab dengan berbenahnya kita sebagai orangtua ke arah pembaikan nan dilandasi ketakwaan dan perkataan yang benar. Pertanyaan yang hanya anak kita jualah yang akan menjawabnya, tentang kita; orangtua mereka. Pertanyaan yang akan kita jawab sendiri-sendiri saat ini, yang saya sendiri juga belum bisa menjawabnya, mengingat banyaknya perbaikan yang akan ditempuh.

Pastinya sekarang yang kita lakukan, menghisab diri dan memperbaikinya, mengutamakan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala sembari menjaga amanah (anak) yang Dia anugerahkan. Semoga Allah memberikan petunjuknya kepada kita menjadi orangtua yang seharusnya bagi anak-anak kita. 

Margahayu Kencana, 16 Desember 2013

No comments: