Pukul
01:46 dini hari, di jam laptopku. Alhamdulillah, saat laptop kubuka, jaringan
internet lebih bersahabat daripada kemarin malam. Karena, saking lemahnya
jaringan internet kemarin malam, untuk posting satu tulisan saja, harus
engap-engap sampai subuh menjelang. Parahnya, ketika sudah berhasil, terlihat
ada susunan yang tidak teratur di beberapa paragraf akhir. Ya sudahlah,
akhirnya setelah beberapa lama menunggu dan tidak berhasil juga kuedit (karena
jaringan), kuputuskan untuk meninggalkan tulisan yang ‘berantakan’ itu dan
berdamai dengan keadaan (istilahnya Mba Lala :D). Kapan akhirnya kuperbaiki?
Ya, dini hari ini, sekarang.
Niat
awal kemarin, ingin melanjutkan tulisan tentang Manajemen Keuangan Keluarga,
tiba-tiba mood-ku berubah ingin menuliskan kegiatan harian kami di Kamis
tadi. Mungkin karena yang kulakukan hari ini tidak di rumah, jadi ada sedikit
cerita yang bisa kutuliskan dengan lebih bersemangat dibanding menulis tentang
keuangan, yang notabenenya masalah ‘pengelolaan’ itu, masih dalam tahap
pembelajaran buatku. Hehe…
Kamis,
05 Desember 2013, ada jadwal rapat ke 4 panitia acara Institut Ibu Profesional-Bandung
(IIP-B), di Masjid Al-Ukhuwah. Kebiasaan semenjak pulang dari kampung Oktober
lalu, jika saya keluar rumah untuk beraktifitas yang jaraknya lumayan jauh dari
rumah, maka kedua anak saya wajib diajak, karena memang tidak ada tempat
untuk dititipi, dan untuk perjalanan jauh memang tidak memungkinkan menitipkan anak-anak
yang masih balita dan bayi kepada orang lain. Untuk keluar rumah seperti ini biasanya
kami diantar langsung oleh ayahnya anak-anak (baca: suami). Syaratnya ya,
jauh-jauh hari sudah menyampaikan rencana itu agar beliau mengatur
jadwal untuk bisa meninggalkan pekerjaan selama kami bepergian. Seperti untuk
rapat kali ini, sudah saya sampaikan seminggu yang lalu bahwa saya akan ikut rapat panitia di kota Bandung
(karena kami tinggal di Kabupaten Bandungnya, heheh).
Perjalanan
menuju kota menghabiskan waktu selama 40-45 menit jika arus kendaraan lancar
atau bisa 1 jam lebih jika macet, apalagi kalau membawa anak-anak, bahkan bisa
jadi 1,5 – 2 jam di jalan. Haha… (sepertinya ini berlebihan). Mempertimbangkan
perjalanan yang cukup jauh, saya minta ijin suami untuk mengantar kami jam 11
siang saja, karena rapat dimulai jam 12.30, dan beliau menyetujuinya. Namun
sayang, rencana tak berjalan indah, karena beliau baru datang menjemput kami
jam 11.30 dan saat akan berangkat, Azan Zuhur pun berkumandang. Langsung saja
kami melaksanakan shalat Zuhur dulu dan setelah semua beres dan siap berangkat,
kuasa Allah, awan mendung tebal dan gelap menyelimuti langit, tes tes….. Kami
membuat keputusan tetap jalan, dan tak lama hujan pun mulai berkejaran, lebat dan deras, sehingga kami
memutuskan untuk singgah dulu ke tempat kerja suami untuk berteduh.
Lama
hujan turun dan tak kunjung reda, akhirnya Aliya kusuapi dengan bubur yang
sudah disiapkan untuk bekalnya, dan Azzam memperhatikan hujan turun sembari
memainkan balon gas yang tiba-tiba turun (jatuh) dari pohon, sepertinya
balon itu sebelumnya tersangkut dan karena hujan deras, batu yang menjadi bebannya membawa balon itu
turun dari pohon. :) (Gak penting banget buat ditulis ini :P)
Perjalanan
menuju Masjid lumayan menyenangkan, untuk Azzam, karena dia senang mandi hujan,
maka perjalanan yang ditemani dengan rintik hujan dan sesekali tidak rintik,
membuat Azzam menikmatinya. Berbeda dengan Aliya dengan perut kenyang, mata
mengantuk pun dilayaninya, tertidur. :D Mungkin karena terlalu lama di atas
motor, Azzam beberapa kali menanyakan, “Masjidnya masih jauh Bunda?” kujawab, “Masih
nak”, untungnya jalanan yang tergenang air saat dilewati menjadi penarik
perhatian Azzam, dan belahan air dengan roda motor pun jadi suatu perhatian
baginya, ah… anak-anak begitu banyaknya hal baru menjadi ketertarikan di mata
kalian J, dan semua itu kesyukuran buatku yang
tidak membuatnya jenuh dan merasa bosan dalam perjalanan.
Terlambat
1,5 jam karena saya sampai di Masjid jam 14.00, minta maaf lagi karena 3 kali
rapat tidak datang dan kali ini terlambat. Alhamdulillah, semua ibu di sana
menerima dengan lapang hati, dan rapat pun dilanjutkan, karena sebelumnya rapat
sudah berjalan sebagaimana mestinya. Rangkaian acara yang kurancang,
kusampaikan dan ada perbaikan-perbaikan yang perlu disesuaikan dengan kesepakatan
bersama. Harapanku semua jerih payah ibu-ibu panitia untuk acara Kuliah Umum
Perdana IIP-B nanti terbalas dengan sesuanya kehendak Allah dengan rencana
kami, dan dimudahkan perjalanan menuju acara itu terlaksana. Aaamiiin Allahumma
aamiin.
Ini
tentang Azzam dan kegiatannya selama saya rapat, karena menulis tentang Aliya
masih berkutat dengan masa ‘oral’nya menjamah semua yang di lantai dan masuk
mulut, serta usahanya dari tengkurap ke duduk sudah hampir berhasil, tidak
terlalu jadi perhatian untuk dituliskan, kecuali masalah Aliya masih belum bisa
dititip kepada orang lain saat saya berwudlu atau menemani Azzam ke toilet,
maka Aliya yang awalnya diam, lama kelamaan akan menangis karena masih berasa ‘asing’
dengan ibu-ibu lain yang hadir saat rapat.
Nah,
kalau tentang Azzam, alhamdulillah dengan adanya anak-anak HS-er dia juga
mengikuti (baca: menonton) kegiatan anak-anak tersebut, sembari berlari ke sana
ke mari. Sesekali dia lari ke halaman Masjid dan mengitarinya, atau dia akan
memanjat kotak amal yang ada di dalam Masjid yang tingginya melebihi perutnya
dan berhasil menaikinya. Satu kekhawatiranku hanyalah saat dia berlari terlalu
jauh dari pandanganku, ini yang terkadang membuatku sesekali berjalan cepat
mengikuti langkah kecil Azzam yang melaju karena dia akan lari saat saya ikuti.
Seperti saat saya akan shalat Ashar, Aliya yang menangis karena dititip saat
saya berwudlu, saya gendong kembali, dan mencari Azzam yang mulai luput dari
pandangan. Saat dicari ternyata dia berlari ke arah tangga penyeberangan yang
tepat berada di depan halaman Masjid. Namanya anak-anak, dilarang artinya menyuruhnya
untuk melakukan, Azzam saya dekati (masih dengan menggendong Aliya tanpa
gendongan) sembari berfikir apa cara terbaik memintanya kembali ke dalam masjid
dan tidak menaiki tangga jembatan penyeberangan, karena saya dengan Aliya cukup
kesulitan jika memenuhi permintaannnya menjelajahi tangga penyeberangan itu.
Alhamdulillah,
Teh Deasy, salah satu anggota rapat sekaligus praktisi HS mendekati kami,
seraya berkata, “Azzam, sebentar ya, tunggu Ibu dulu, biar ditemani ke atas,”
saya yang awalnya memanggil Azzam dan memintanya untuk tidak jauh-jauh karena
saya tidak bisa menemani, maka seruan kepada Azzam tadi adalah bantuan terbaik
yang saya dapatkan. Akhirnya Teh Deasy naik tangga, dan menemani Azzam melewati
jembatan penyeberangan. Haturnuhun teh, jazakillah khaiiran. :)
Setelah
turun, saya tanyakan kepada Azzam apa yang dilihatnya. Mungkin karena memang
tidak ada apa-apa yang dia lihat, lantas dia jawab “nggak ada bunda”. Niatku,
esok hari akan kuulas kegiatannya selama di Masjid sore tadi. Tentang kegiatannya
membelah agar-agar lapis sesuai lapisannya dan menyusunnya sejajar di lantai
Masjid, jembatan penyeberangan, celana dalam yang sedikit basah karena “kebelet” dan dia tidak lagi memakainya, hingga meminjam diapers Aliya sehingga Azzam
merasa ada yang janggal di celananya dan menjelaskan tentang Masjid Ukhuwah
yang luas. Insyaallah akan jadi selingan obrolan kita hari ini Nak… :)
Alhamdulillah…
sekalipun belum bagus tulisannya, namun tetap
SEMANGAT
PAGI dan Berhasil NULIS LAGI… ^_^
Margahayu Kencana, 6 Desember 2013
(menulis
tanggal, baru ingat kalau hari ini adalah milad kakakku satu-satunya yang
paling baik sedunia, karena Cuma punya 1 kakak, di atas saya, hehe. Selamat
hari lahir kak HaDina Kadir, Barakallahu fi umrik wa umuurik, senantiasa
bahagia selalu ya kakak dan keluarga, dunia dan akhirat. Aamiin…)
No comments:
Post a Comment