Sunday, October 12, 2014

Home Education berbasis Potensi dan Akhlak (HE-bPA) #02

“Menikah dan mendidik anak adalah peristiwa peradaban yang luar biasa baik kebahagiaannya, amanahnya maupun pahalanya” (Harry Santosa)

Home Education berbasis Potensi dan Akhlak

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa:

“Segala sesuatu bermula dari khathr atau lintasan fikiran. Jika lintasan fikiran itu dikembangkan maka akan menjadi gagasan. Jika gagasan itu terus dikembangkan maka akan berlanjut ke hati menjadi keyakinan. Jika keyakinan it uterus dikuatkan maka dia terurai dalam perbuatan. Adapun perbuatan yang terus menerus akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan dalam waktu yang panjang disebut dengan karakter, menyatu dan melekat dalam aktifitas.”

Mendidik anak sejatinya merupakan “karakter” bagi kita (baca:orangtua), merupakan fungsi utama pernikahan. Memperbaiki fikrah dan ruhiyah agar kita bisa menikmati proses mendidik anak dengan ikhlas dan istiqamah (konsisten, persisten dam resisten).

Karena itu, kita tidak perlu ragu lagi untuk menjadikan rumah-rumah kita sebagai dapur yang “berantakan” karena terjadinya proses pendidikan yang seru dan rileks untuk melahirkan menu-menu yang indah, bukan menjadikannya etalase jam yang penuh kekakuan.

Lantas bagaimana dengan ke-tidaksabar-an kita yang terkadang hadir dalam keseharian kita dalam mendidik anak? Tidak sabar merupakan hal yang biasa, namun akan semakin mereda jika kita memandang bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, setiap anak adalah bintang (unik dan istimewa), masing-masing mereka memiliki kekhasan yang sedang ditunggu dunia dalam peran khalifah yang spesifik. Karena tidak ada seorang anakpun yang berdoa agar dilahirkan dalam keadaan nakal, kasar, jahat dan sebagainya.

Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi ortu), tidak pede mendidik dan sebagainya, muncul karen kurangnya tazkiyatunnafs para orangtua sehingga mudah terpengaruh oleh "tuntutan atau perlakuan" yang tidak sesuai atau menciderai fitrah. Ketika orangtua menginginkan anaknya shalih maka ortu harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya. Shalih adalah amal, bukan status.

Dengan Tazkiyatun-nafs (mensucikan fikrah dan jiwa kita) juga bertujuan agar kita mampu melihat jernih fitrah-fitrah baik dan unik dalam diri anak kita. Tazkiyatun-nafs berawal dari mengingat kembali akar aqidah, mengingat kembali kontrak-kontrak Tauhid dengan Allah swt, mengingat kembali misi penciptaan kita di muka bumi. Hal ini juga akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih sabar dan istiqamah, inshaAllah.

Mendidik anak akan menjadi lebih seru saat kita melihat anak secara positif terhadap kelebihan-kelebihannya. Kelebihan ini bukan kelebihan yang menurut pandangan kita, namun disesuaikan dengan sifat-sifat bakat anak. Misalnya: anak yang suka beres-beres berbakat menjadi penata, anak yang banyak bicara berbakat menjadi pembicara, anak yang suka menggambar saja berbakat menjadi desainer/pelukis. Hal ini bisa menjadi sifat produktifnya apabila kita kembangkan akan memberi manfaat bagi dunia di kemudian hari. Keadaan ini yang biasa juga dikenal dengan pendidikan berbasis potensi dan akhlak yang sesungguhnya adalah pendidikan berbasis fitrah. Untuk melihat dan menerima fitrah-fitrah baik anak hanya bisa dilakukan oleh fikiran dan jiwa orang tua yang mendekati fitrahnya (melalui tazkiyatun-nafs).

Para orangtua adalah makhluk yang paling tahu tentang sifat bawaan anak mereka, walau kadang susah menggambarkannya. Sifat bawaan ini adalah fitur unik atau personality productive yang akan menjadi peran spesifik khalifah di muka bumi dari anak-anak kita. Inilah panggilan hidup anak kita yang merupakan karunia Allah swt.

Pendidikan anak memang harus diawali dengan pemantapan aqidah dan akhlak. Begitu juga dengan pendidikan berbasis potensi dan akhlak juga berangkat dari pemahaman aqidah yang kiuat bahwa tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Abu Bakar ra berpesan bahwa ada dua hal yang utama untuk diketahui, yaitu mengenal Allah dan mengenal diri.

Tugas mendidik bukanlah menjejalkan hal “outside in”, namum mengeluarjan fitrah-fitrah yang baik “inside out” dari anak-anak kita. Kita hamper-hampir tidak perlu melakukan apapun, kecuali menemani dan mendorong anak-anak kita menjalani fitrahnya itu.

Question and Answer:

Q: Bagaimana kita mengenal bakat anak?
A: Bakat (talent) adalah sifat bawaan, misalnya suka menata, suka mengatur, suka bersaing, suka memimpin, suka merawat, suka memperbaiki, suka mendidik, suka berfikir, suka meramal, suka memasang-masangkan orang, suka menganalisa, suka mencipta, suka melahirkan ide dan lain-lain. Seseorang biasanya memiliki kombinasi dari 5 sampai 7 tema bakat. Bakat ini semakin tua akan semakin menguat. Jika suka bersih-bersih di usia 8 tahun, akan semakin konsisten serta menguat di usia 88 tahun.

Q: Apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai orangtua, karena keadaan pendidikan sekarang mulai memburuk?
A: Kita semua perlu berupaya mengembalikan fitrah kita, dunia di luar sana sudah jauh dari fitrah manusia. Pendidikan anak-anak kita umumnya hanya persekolahan yang menjauhi fitrah penciptaannya.

Q: Apakah boleh jika kita membatasi anak melakukan minatnya dengan alasan kalau tidak dibatasi, dia suka melalaikan tugas lainnya?
A: Anak suka computer, mungkin perlu didalami lagi. Apa karena cuma kebiasaan disebabkan melihat sekitarnya atau memang ada sifat produktifitasnya yang teraktualisasi dengan computer, misalnya suka mendesain, menulis, kompetisi (game balap mobil), suka strategi, suka mengumpulkan data, suka mengaitkan peristiwa (sejarah), suka membangun network, suka marketing atau menyebarkan ide, dan sebagainya. Maka kita lakukan terlebih dahulu observasi dengan jernih dan melihat sifat-sifat produktifitasnya pada aktifitas kesehariannya. Secara lebih khusus akan dibahas mengenai cara mengenal potensi unik anak di sesi lainnya.

Q: Apa perbedaan minat dan bakat?
A: Minat, umumnya sealu berangkat dari sifat bawaan atau bakat, walau bisa juga dipicu karena pengaruh lingkungan. Sebaiknya minat dan bakat selaras dan memberi rahmat serta keberkahan.

Sharing Grup WA, 21 September 2014

No comments: