Sunday, October 19, 2014

Menyiapkan Generasi Aqil Baligh #04

Pre ‘Aqil Baligh 8-14 tahun

Menyiapkan generasi ‘Aqil Baligh di usia 8-14 tahun, kita (orangtua) bertugas memandu anak untuk “KAYA” akan gagasan, setelah sebelumnya (0-7tahun) anak sudah kita KAYA-kan wawasannya. Saat ini anak boleh bergonta ganti ide. Pada fase tujuh tahun kedua anak (8-14 th), orangtua menjadi teman bermain bagi anak, dan anak mulai bisa mempunyai peran dalam keluarga besar dan komunitas.

Di usia 8-14 tahun, merupakan saat untuk menularkan value dan karakter, karena di usia 0-7 tahun anak merupakan saat pembentukan karakter. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa value keluarga dan karakter tidak bisa diajarkan tetapi ditularkan (melalui keteladanan).

Anak usia 8-14 tahun umumnya sudah mulai tidak ego sentris, mulai melihat nilai-nilai sosial dan etika-etika dasar, dalam ajaran Islam, pada usia setahun sebelumnya (7 tahun) anak sudah mulaidiperintahkan shalat.

Rentang usia 8-14 tahun, pendidikan anak terbagi pada 2 tahap:
1.       Usia 8-10 tahun: Mengenal potensi diri, magang/club untuk membuka wawasan sehingga melahirkan gagasan, dan mulai menjalani ibadah syariah.

2.       Usia 10-14 tahun: Belajar bersama Maestro, magang project, menghebatkan potensi diri, kemandirian, kepemimpinan dan sebagainya.

Anak-anak di jenjang usia 8-14 tahun mulai mengenal “MIMPI apa yang akan dia BANGUN”. Ada beberapa tahapan yang ditempuh pada fase ini:

a.       Pandu anak untuk memahami misi hidupnya dengan cara:
1.       Mengajak akan untuk paham “Who am I?”
2.       Mengajak anak untuk memahami alam sekitarnya/lingkungannya (kearifan lokal)
3.       Mengajak anak untuk memahami zaman saat dia dibesarkan dan prediksi zaman saat anak ‘aqil baligh nanti.
4.       Kuatkan aqidah anak akan keberadaan Allah swt.

b.      Pandu anak untuk memahami potensi dan bakatnya. Di bawah ini adalah tahapan yang sudah dipraktekkan oleh Ibu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Maryanto kepada anak-anak beliau, dengan tahapan sebagai berikut:
1.       Memperbanyak aktifitas anak yang NON-Pelajaran, agar anak cepat memeukan potensi dirinya.
2.       Memasukkan anak ke club Talent sesuai dengan potensi yang ditemukan dan diulang terus menerus.
3.       Ajak anak menuangkan mimpinya dalam VISION BOARD
4.       Memperkenalkan anak kepada beberapa learning model yang berkaitan dengan mimpi anak.
5.       Memandu anak-anak untuk membuat Talent based Individual Project.
6.       Menularkan Leadership dengan benar.

Usia 0-14 tahun, syarat utama pendidikan anak adalah dekat dengan mentor utama yaitu ayah dan ibunya. Karena prinsip anak adalah “DON’T TEACH ME, I LOVE TO LEARN”.

Calon imam keluarga (anak laki-laki) harus dekat dengan imamnya di tumah, agar terinfeksi value yang ditanamkan oleh ayahnya sebagai imam keluarga. Calon imam keluarga juga harus merasakan kasih sayang dan kelembutan ibunya, agar dia mempunyai patron (pattern) mendidik istri dan anak perempuannya.

Demikian juga calon ibu (anak perempuan) harus dekat dengan ibunya agar dia bisa menyerap “energi rahim” (kasihsayang) yang hanya dimiliki seorang ibu. Calon ibu harus melihat ketegasan dan kelembutan ayahnya sebagai imam keluarga, agar terbayang bagaimana kalau dia mendidik calon imamberikutnya, serta paham kualitas “imam keluarga” seperti apa yang akan dia hadirkan untuk anaknya kelak.

Tentu kita masih ingat bahwa HAK anak sebelum dilahirkan adalah memiliki Ayah dan Ibu yang tangguh dan hebat.

Remaja Islami itu identik dengan anak yang masuk usia belasan, beragama Islam, menjalankan kewajiban yang sudah semestinya dilakukan, seperti shalat, menutup aurat, mengaji dan lain-lain, seakan-akan “taken from granted” tidak perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Posisi remaja pada pembagian perkembangan anak menurut psikologi Barat yang berada di tengah-tengah antara anak dan dewasa ini justru membingungkan. Sedangkan dalam Islam, pembagian perkembangan anak jelas berupa Pre Aqil Baligh dan Aqil Baligh.

Secara syari’ah, ketika seorang anak mencapai aqil baligh, maka berlakulah “sinnu taklif” (masa-masa pembebanan syari’ah) bagi anak. Artinya anak kita yang mencapai aqil baligh maka kewajiban syariahnya akan setara dengan kedua orang tuanya. Kesetaraan itu terkait dalam hal shalat, puasa, zakat, haji, jihad, nafkah, dan kewajiban sosial lainnya. Sehingga akibat amal perbuatan yang mereka lakukan sudah kembali kepada diri mereka sendiri, apakah itu pahala (jika beramal baik sesuai syariat) ataukah dosa (jika berbuat hal haram/melanggar syariat).

Adapun aktifitas lainnya yang sudah dipraktekkan oleh keluarga Bu Septi kepada anak-anak usia 8-14 tahun adalah “nyantrik” atau magang kepada ahlinya, baik dalam bidang kehidupan sehari-hari maupun bakat. “Nyantrik” ini sebaiknya dilakukan anak-anak usia 12 tahun ke atas.

Aktifitas Home Education yang bernama “nyantrik” ini adalah kegiatan belajar langsung kepada ahlinya, dengan cara mengikuti aktifitas dan arahan sang ahli sebagai Coach selama berada di rumahnya.

Adapun syarat-syarat utama “nyatrik” adalah:
1.       Anak sudah memegang value keluarga dengan sangat kuat. Sehingga tidak terombang ambing saat melihat value keluarga lain.
2.       Anak sudah mandiri, bisa mengurus keperluannya sendiri.
3.       Anak sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah selain keperluan dirinya, karena nanti akan melakukan pekerjaan rumah ini di rumah “Coach”.
4.       Anak paham apa yang akan dia pelajari, karena datang langsung ke sumber belajar.
5.       Anak sudah belajar iman, akhlak, adab dan bicara.

Jika kelima hal tersebut sudah dipelajari anak, saatnya dia praktek untuk “nyantrik” di beberapa keluarga untuk membangun networking.

Adapun contoh-contoh kegiatan yang dilakukan anak-anak HE/HS yang "nyantrik" di rumah Ibu Septi adalah: Coaching clinic para calon imam, belajar menyiapkan sarapan sendiri, mencuci piring dan gelas setelah digunakan. Duduk di meja makan peradaban, karena di sinilah mengalir banyak ide. Mempersiapkan Project based Talent.

Jika Home Education menjadikan anak kuper, pasti ada yang salah. Karena sosialisasi dalam HE maupun HS itu bersifat vertikal dan tak berbatas waktu, bisa dengan segala umur, bisa kapan saja, dan tidak perlu menunggu hari libur.   

No comments: