Saturday, October 11, 2014

Home Education berbasis Potensi dan Akhlaq (HE-bPA) #01

Home Education
Resume Materi Home Education dari Grup WA HE-bPA, dengan pemateri:
Pak Harry Santosa dan Ibu Septi Peni Wulandani

A.      Apa itu Home Education?
1. Merupakan kewajiban bagi tiap orangtua untuk mendidik anak
2. Kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki setiap orangtua
3. Syarat pertamanya adalah “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita (orangtua) sedang menjalankan “misi hidup” dari Sang Maha Guru.

B.      Kapan Home Education dimulai?
     1. Sebelum Lahir
     - Proses seleksi calon ayah/ibu untuk anak-anak kita
   - Berlanjut ke proses terjadinya anak, di dalam rahim dan dilahirkan

 2. Sesudah Lahir
   - Tujuh tahun pertama (0-7 th), orangtua sebagai pemandu (keluarga kecil)
  - Tujuh tahun kedua (7-14 th), orangtua sebagai teman bermain (keluarga besar dan komunitas)
   - Tujuh tahun ketiga (14-21 th), orangtua sebagai sahabat yang siap mendengarkan (dimana saat ini kita sudah memiliki anak yang ‘aqil baligh secara bersamaan, InsyaAllah). Home Education sebagai orangtua dan anak nyaris berakhir di usia 14 tahun, karena kita berubah fungsi menjadi “coach” anak kita menjadi dewasa, dengan cara HE yang jauh berbeda dari sebelumnya.

C.      Bagaimana memulai Home Education (HE)?

1.   Menyadari peran kita sebagai penerima/penjaga amanah Allah SWT.

2. Membuat list tugas yang “SEMESTINYA” kita lakukan sebagai orang tua, kemudian menjalankannya satu demi satu dengan istiqamah: konsisten (terus menerus), resisten (punya daya tahan/keteguhan) dan persisten (selalu ada kemajuan). 

     Diantara list tugas orangtua tersebut adalah:
-          Menyayangi
-          Melayani (0-7 tahun)
-          Memberi rasa aman dan nyaman
-          Menjaga dari hal-hal yang merusak jiwa dan fisiknya
-          Mendengarkan anak
-          Menjadi teladan bagi anak
-          Bermain
-          Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak.

3.  Memahami konsep “Anak dilahirkan atas fitrah” dengan misi “sebagai khalifah”. Fitrah anak/manusia menurut Harry Santosa (Founder Millenial Learning Center dan profesional konsultan di bidang ICT & Knowledge Management) berupa:

a. Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengakui dan memerlukan Tuhan, menyukai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa, dan sebagainya. Kecuali jika fitrahnya tertutup atau menyimpang.
b.  Fitrah Belajar. Tak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
c.  Fitrah Bakat (Unique). Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik atau peradaban.
d. Fitrah Perkembangan. Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan sesuai tahapan. Misalnya, Allah tidak memerintahkan ajaran shalat sejak dini, tetapi jika mencapai usia 7 tahun dst. Pembiasaan boleh saja, tetapi mesti dengan dorongan karena “penghayatan” aqidah berupa cinta kepada Allah dalam diri anak-anak.

4.    Mempersiapkan diri, kuatkan mental, dan merubah cara mendidik yang lebih baik untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Tugas mendidik bukan menjejali “outside in”, tetapi “inside out” yaitu dengan menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitrah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqilbaligh. Satu-satunya lembaga yang tahu betul tentang anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik itu menjadi peran utama ayah bundanya. Kunci awalnya adalah mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita mendidik anak.

5.  Tazkiyatunnafs: pensucian jiwa/membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga/berhati-hati dari hal-hal syubhat apalagi haram, yang biasa dikenal dengan wara’ kepada Allah swt dengan harapan keridhaan-Nya dan agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kecerdasan yang tinggi atau peran (tau’iyatul a’laa). Ini merupakan pondasi awal dalam mendidik anak, selanjutnya masalah teknis.

6.   Tujuan mendidik anak yang pertama dan utama adalah untuk mencintai Allah SWT melalui penguatan Aqidah (ketauhidan) dan Akhlak (keshalihan dalam amalan)

D.      Apa Tantangan bagi orangtua untuk memulai HE?
1. Mengembalikan kepercayaan diri bahwa setiap orangtua (kita) mampu memfasilitasi pertumbuhan anak-anaknya dengan baik karena mereka memiliki sebuah bekal yang tergantikan yaitu cinta dan kasih sayang, ditambahkan kesediaan bekerja keras demi anak-anak yang kita cintai.
2. Meningkatkan keterampilan pengasuhan dengan banyak belajar tentang parenting, berjejaring dan komunitas.
3.  Manajemen keseharian  

E.     Beberapa catatan tentang konsep Belajar 

Aturan Dasar:
Tidak melanggar aturan Allah SWT dan Rasul SAW
Tidak melanggar hukum
Semua BOLEH kecuali yang TIDAK BOLEH

Tujuan Belajar:
Intellectual Curiosity (Membangkitkan Rasa Ingin Tahu)
Creative Imagination (Imajinasi Kreatif)
Art of Discovery and Invention (Seni Menemukan Hal Baru)
Noble Attitude (Akhlak Mulia)

Tahapan belajar anak:

-          Belajar melalui keteladanan
-          Anak membantu orangtua
-          Orangtua membantu anak
-          Kegiatan bersama 
-          Kegiatan mandiri

    Proses Belajar disesuaikan dengan anak, bukan anak yang dipaksa menyesuaikan diri dengan semua standar dan metode pendidikan yang ada, karena itu pilihlah metode belajar yang menyenangkan.

F.       Apa saja yang dilakukan dalam HE?
1. Usia 0-7 tahun ajak anak untuk “KAYA” akan wawasan, dengan cara Iqra’ dan Thalabul ‘Ilmi dengan mengajak anak mengenal ayat-ayat Allah SWT yang tersebar di muka bumi. Tahapan Kaya Wawasan: iman, adab dan akhlak sehingga sarana mengenal ayat-ayat Allah tersebut dalam rangka meningkatkan Aqidah anak tentang kecintaannya kepada Allah SWT. Tugas orangtua mendampingi anak dengan SABAR.
2. Usia 8-14 tahun pandu anak untuk “KAYA” akan gagasan, saat ini anak boleh bergonta ganti ide.
3. Usia 14 tahun ke atas, kita menjadi coach untuk “KAYA” akan amalan, mengerjakan project dengan tuntas. Biasanya di usia ini anak-anak sudah mulai terlihat bakat uniknya.



Margahayu Kencana, 26 September 2014

1 comment:

Isma Nurhalyda said...

keren mbak, jadi nambah ilmu sebagai ortu... salam kenal :)